Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Tiket Bus AKAP Naik Mengikuti Harga BBM, Pengusaha Otobus Juga Pusing Harga Ban Naik

Kompas.tv - 5 September 2022, 12:30 WIB
tiket-bus-akap-naik-mengikuti-harga-bbm-pengusaha-otobus-juga-pusing-harga-ban-naik
Bus NPM yang melayani rute lintas Sumatera, Jabodetabek, dan Bandung menaikkan harga tiketnya sejak 4 September lalu, seiring dengan kenaikan harga BBM. (Sumber: busnpm.com)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Perusahaan otobus menaikkan harga tiket mereka seiring dengan naiknya harga BBM. Seperti yang dilakukan oleh PT Naikilah Perusahaan Minang (NPM). Pemilik PT NPM Angga Virchansa Chairul mengatakan, pihaknya telah menaikkan harga sejak Minggu 4 September kemarin.

Angga menyebut, kenaikan harga BBM telah membuat biaya operasional bus juga meningkat. Seperti diketahui, harga solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. NPM adalah bus antar kota antar provinsi yang melayani rute lintas Sumatera menuju Jabodetabek  dan Bandung.

"Mau tidak mau kami harus menyesuaikan harga karena tidak ada cara lain selain meneruskan biaya tersebut ke pelanggan kami," kata Angga saat diwawancara Kompas TV, Senin (5/9/2022).

Baca Juga: Blue Bird akan Segera Umumkan Tarif Baru Imbas Kenaikan Harga BBM

Sebenarnya Angga khawatir, kenaikan harga tiket bus akan membuat jumlah penumpang menurun. Padahal okupansi bus baru saja membaik usai pandemi.

"Kami sudah menaikkan harga tiket kami per 4 september kemarin. Semua rute kami naik,  Sumbar - Jabodetabek PP, Sumbar - Medan PP, Sumbar - Jambi PP bervariasi antara 7,5 persen sampai dengan 17 persen dari harga lama," ungkap Angga.

"Ada sedikit penurunan penumpang sekitar 5 - 10 persen," tambahnya.

Ia menjelaskan, kontribusi solar sebagai BBM terhadap biaya operasional sebesar 25 hingga 40 persen, dengan asumsi penumpang penuh. Angka ini akan berubah tergantung tingkat keterisian penumpang dan jarak.

Baca Juga: Halte Transjakarta PGC hingga Manggarai Ditutup Hari Ini Untuk Revitalisasi, Berikut Daftarnya

Angga yang juga merupakan Wakil Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) menyampaikan, pengusaha otobus juga tengah dipusingkan dengan kenaikan harga ban.

Menurutnya, harga ban sudah naik beberapa kali tahun ini jauh sebelum BBM naik. Penyebabnya adalah masalah pasokan dan pengiriman ban impor ke Indonesia.

"Harga ban yang saya beli sudah Rp5,1 juta. Tanya supplier barang enggak ada, kalaupun ada harganya ya segitu. Kalo enggak ada ban, bus saya enggak jalan," tuturnya.

Jika dihitung kebutuhan satu bus berserta ban cadangannya, ada tujuh ban. Artinya dengan harga ban Rp5,1 juta, totalnya diperlukan Rp35,7 juta untuk ban saja. Ia menegaskan komponen ban ini tak bisa diabaikan karena menyangkut keselamatan.

Baca Juga: BBM Naik, Tarif Angkutan Barang Juga Naik 25 Persen Mulai Hari Ini

"Bus saya satu kali keluar garasi Padang Panjang ke Jabodetabek atau Bandung hingga kembali lagi butuh waktu 48 jam dikalikan dua. Terbayang dong penggunaan bannya? Sekarang dengan kenaikan ini lengkaplah. Ban dan BBM sangat vital dalam operasional bus," jelasnya.

"Kami mengharapkan kemudahan untuk supplier kami dibebaskan dari bea impor kalau ada dan kuota impor diperbesar," lanjutnya.

Selain kenaikan harga BBM dan ban, pengusaha otobus juga harus bersiap dengan kenaikan tol dan penyeberangan kapal.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x