Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

The Fed Naikkan Bunga Acuan, Sri Mulyani: Biasanya Diikuti Krisis Keuangan Negara Berkembang

Kompas.tv - 28 Juli 2022, 13:58 WIB
the-fed-naikkan-bunga-acuan-sri-mulyani-biasanya-diikuti-krisis-keuangan-negara-berkembang
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed Jerome Powell (Sumber: AFP)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk dua bulan berturut-turut. Sehingga kini suku bunga acuan The Fed menjadi 2,25 persen hingga -2,5 persen.

Hal itu dilakukan untuk menahan laju inflasi di Negeri Paman Sam, yang membuat harga-harga naik. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, naiknya suku bunga acuan AS bisa mempengaruhi kesehatan ekonomi global.

"Secara historis setiap kali AS menaikkan suku bunga apalagi secara sangat agresif, biasanya diikuti oleh krisis keuangan dari negara-negara emerging seperti yang terjadi pada 1974, 1980-an dan akhir 1980-an," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KiTa, Rabu (27/7/2022). 

Baca Juga: Jumlah Pengguna WhatsApp hingga Instagram Naik, tapi Pendapatan Perusahaan Induk Meta Turun

Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan The Fed sangat berpengaruh pada negara berkembang, lantaran dollar menguasai 60 persen transaksi di dunia. Bahkan suku bunga The Fed juga ikut di pantau berbagai lembaga keuangan dunia, seperti IMF.


 

"Ini jadi salah satu hal yang jadi risiko yang dipantau oleh institusi seperti IMF dalam melihat kerawanan negara-negara developing dan negara-negara emerging (market)," ujar Sri Mulyani.

Ia menegaskan, perekonomian Indonesia dalam kondisi baik. Namun harus tetap waspada karena RI juga tak luput dari ancaman resesi. 

Hasil riset Bloomberg beberapa waktu laku menyebutkan, Indonesia masuk dalam daftar negara berpotensi resesi bersama Sri Lanka. Walaupun persentase kemungkinannya cukup rendah yaitu 3 persen. 

"Kita harus tetap waspada karena semua indikator ekonomi dunia itu mengalami pembalikan yaitu dari tadinya recovery jadi pelemahan," tutur Bendahara Negara itu. 

Baca Juga: APBN Surplus 6 Bulan Berturut-Turut, Sri Mulyani: Luar Biasa Positif

"Pada saat yang sama kita juga melihat kompleksitas dari policy yang bisa menimbulkan spillover policy dari moneter di negara-negara maju berpotensi menimbulkan spillover atau imbas negatif ke negara-negara di seluruh dunia termasuk Indonesia harus juga waspada," ujarnya. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (28/7/2022), keputusan The Fed menaikkan suku bunga karena tekanan inflasi tertinggi selama 40 tahun.

The Federal Open Market Committee (FOMC) berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen, mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa "sangat memperhatikan risiko inflasi."

Sebagai informasi, inflasi AS naik sebesar 9,1 persen pada Juni 2022. 



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x