Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Wabah PMK di Indonesia Terus Meluas, Australia Was-Was, Nyatakan Siap Bantu

Kompas.tv - 7 Juni 2022, 14:14 WIB
wabah-pmk-di-indonesia-terus-meluas-australia-was-was-nyatakan-siap-bantu
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dengan berpakaian alat pelindung diri (APD ) saat meninjau kondisi hewan ternak sapi yang terjangkit PMK di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jateng, Jumat (13/5/2022). (Sumber: ANTARA/Bambang Dwi Marwoto)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV – Wabah PMK yang meluas di Indonesia membuat Australia, yang merupakan negara bebas PMK, khawatir.

Di situs Department of Agriculture, Water and the Environment Australia, Selasa (31/5/2022), Chief Veterinary Officer Dr Mark Schipp dan Deputy Chief Veterinary Officer Dr Beth Cookson baru-baru ini mengunjungi Indonesia untuk berdiskusi terkait kerja sama yang berkaitan dengan kesehatan hewan dan biosekuriti.

Pemerintah Australia menyatakan siap membantu Indonesia dalam memerangi wabah PMK. Di sisi lain, mereka juga terus berupaya mengantisipasi potensi masuknya wabah ke negara itu.

”PMK merupakan salah satu risiko biosekuriti terbesar di Australia. Kami sudah bekerja tanpa lelah guna memastikan Australia siap menghadapi wabah apa pun,” ujar Cookson.

Adapun, Pusat Krisis Penanganan dan Pengendalian PMK Kementerian Pertanian menyebutkan, per Kamis (2/6/2022), ada 57.732 ekor hewan ternak yang dinyatakan sakit, baik terkonfirmasi maupun suspek.

Kondisi ini terus berkembang dan tak luput dari perhatian warganet yang ramai memperbincangkan kepanikan para peternak sapi di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terkait penularan PMK pada Senin (6/6/2022). 

Baca Juga: Ada 42 Ekor Sapi di Kota Depok Terdeteksi Alami Gejala PMK

Sementara itu, Ketua Umum Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan Aun Gunawan mengatakan, sudah ada 1.100 ekor sapi anggotanya yang terpapar PMK. Sebanyak 53 persen di antaranya sudah sembuh dan 16 ekor sapi induk akhirnya dipotong secara paksa.

”Yang pasti, setiap hari ada yang mati. Kami berusaha memberi obat-obatan, tetapi penularan PMK membuat kami khawatir. Bicara sapi perah, betina, dari lahir hingga siap produksi itu paling cepat butuh waktu 2,5 tahun. Kami terancam kehilangan mata pencarian,” ungkap Aun, seperti dikutip dari Kompas.id pada Selasa (7/6/2022).

Ia juga mengkhawatirkan populasi sapi akan berkurang menyusul sejumlah pedet (anak sapi) juga mati. Sementara produksi susu dari sapi yang terinfeksi PMK, ataupun sapi yang sembuh, turun 10-80 persen.

Komunikasi terus dijalin, baik dengan pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pusat. ”Semua bergerak, tetapi penularan PMK ini luar biasa cepat,” katanya.

 



Sumber : Kompas TV/Kompas.id


BERITA LAINNYA



Close Ads x