Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Laporan Oxfam: Pandemi Ciptakan 1 Miliarder dan Hampir 1 Juta Orang Miskin Setiap Jam

Kompas.tv - 24 Mei 2022, 13:16 WIB
laporan-oxfam-pandemi-ciptakan-1-miliarder-dan-hampir-1-juta-orang-miskin-setiap-jam
Laporan Oxfam International menyebut, 1 orang miliarder tercipta setiap 30 jam selama pandemi. Saat bersamaan, hampir 1 juta orang masuk ke jurang kemiskinan ekstrem setiap harinya. (Sumber: Oxfam America )
Penulis : Dina Karina | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV- Oxfam International merilis laporan yang menyebutkan, jumlah miliarder dunia bertambah 573 orang selama pandemi. Itu berarti, 1 miliarder tercipta dalam setiap 30 jam sejak tahun 2020.

Mengutip laman resmi Oxfam, Selasa (24/5/2022), kekayaan bersih miliarder juga melonjak tajam sebesar 3,8 triliun dolar AS. Naik 42 persen menjadi 12,7 triliun dollar AS selama pandemi.

Dengan lonjakan itu, total kekayaan konglomerat dunia sekarang setara dengan 13,9 persen Produk Domestik Dunia (PDB). Jumlah itu naik 3 kali lipat dari 4,4 persen di tahun 2000.

Baca Juga: Jerman Sita Kapal Pesiar senilai Rp8,6 T Milik Miliarder Rusia

Dalam laporan berjudul "Profiting from Pain", kekayaan miliarder melonjak karena kenaikan saham mereka di bursa serta insentif dari pemerintah kepada dunia swasta selama pandemi.

Head of Inequality di Oxfam Max Lawson merinci, mayoritas kenaikan kekayaan terjadi di tahun pertama pandemi. Bahkan lonjakan itu lebih tinggi dibanding tren kenaikan harta miliarder dalam 23 tahun terakhir.

Kenaikan harta miliarder itu terjadi di saat miliaran warga dunia sedang berjuang di tengah kesulitan pandemi. Kemudian, di tahun kedua pandemi, lonjakan kekayaan mulai stabil dan kini dalam tren penurunan.

Namun, pandemi membuat ratusan juta orang jatuh dalam jurang kemiskinan. Oxfam menyebut, 263 juta orang akan masuk dalam kemiskinan ekstrem tahun ini. Jumlah itu berarti hampir 1 juta orang setiap jam.

Baca Juga: Miliarder Rusia Khawatir Krisis Pangan Dunia Terjadi jika Perang dengan Ukraina Berlanjut

"Saya belum pernah melihat pertumbuhan dramatis dalam kemiskinan dan pertumbuhan kekayaan pada saat yang sama dalam sejarah," kata Lawson.

"Ini akan menyakiti banyak orang," tambahnya.

Saat pandemi Covid-19 mulai melandai, masyarakat kini dihadapkan pada kenaikan harga pangan dan energi. Di sisi lain, dua hal itu membuat banyak perusahaan meraup keuntungan besar.

Laporan Oxfam yang mengumpulkan data Forbes itu mencantumkan, kekayaan para taipan di sektor makanan dan agribisnis telah naik 382 miliar dolar AS atau 45 persen sejak 2019 akhir. Sementara itu, ada 62 miliarder baru sejak 2020 di sektor makanan.

Kemudian untuk sektor migas dan batu bara, kekayaan para konglomerat naik 53 miliar dolar AS atau 24 persen sejak 2020.

Baca Juga: Pandora Papers Ungkap Skandal Pajak Ratusan Politisi, Miliarder hingga Tokoh Agama

Lima perusahaan migas terbesar di dunia (BP, Shell, TotalEnergies, Exxon, dan Chevron) total menghasilkan keuntungan sebesar 2.600 dolar AS setiap detiknya.

Selanjutnya industri farmasi, yang seperti mendapat durian runtuh saat pandemi melanda. Ada 40 miliarder baru di sektor ini, yang salah satunya tercipta karena mereka menerima dana bantuan pemerintah.

Miliarder baru paling banyak berasal dari sektor teknologi informasi. Sektor ini jugalah yang mengantarkan 7 orang terkaya di bumi, ke posisi mereka saat ini. Diantaranya adalah Elon Musk dari Tesla, Jeff Bezos dari Amazon, dan Bill Gates dari Microsoft.

Laporan "Profiting from Pain" dirilis bersamaan dengan penyelenggaraan acara World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. WEF adalah ajang pertemuan antara pengusaha dengan pemerintah negara-negara dan membahas dunia usaha serta investasi.

Baca Juga: Elon Musk hingga Bill Gates Dikabarkan Bakal Hadir di B20 Summit di Bali, Menangkap Potensi Bisnis

"Miliarder tiba di Davos untuk merayakan lonjakan luar biasa dalam kekayaan mereka. Pandemi dan sekarang kenaikan tajam dalam harga pangan dan energi, sederhananya, menjadi keuntungan bagi mereka," tutur Direktur Eksekutif Oxfam International Gabriela Bucher.

"Sementara itu, kemajuan selama puluhan tahun dalam mengatasi kemiskinan ekstrem sekarang terbalik, dan jutaan orang menghadapi kenaikan yang mustahil dalam biaya untuk bertahan hidup,” lanjutnya.

 




Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x