Kompas TV bbc bbc indonesia

Pengungsi Rohingya Kabur dari Indonesia ke Malaysia: Berani Bayar Rp20 juta untuk Kirim Saudara

Kompas.tv - 21 Februari 2022, 19:24 WIB
pengungsi-rohingya-kabur-dari-indonesia-ke-malaysia-berani-bayar-rp20-juta-untuk-kirim-saudara
Ilustrasi. Seorang Rohingya yang kini bermukim di Malaysia mengaku rela membayar hingga 6.000 Ringgit Malaysia (RM) atau setara Rp20 juta untuk penyelundup yang bisa membawa kabur seorang saudaranya dari Aceh ke negeri jiran itu. (Sumber: BBC Indonesia)
Penulis : Edy A. Putra

Seorang Rohingya yang kini bermukim di Malaysia mengaku rela membayar hingga 6.000 Ringgit Malaysia (RM) atau setara Rp20 juta untuk penyelundup yang bisa membawa kabur seorang saudaranya dari Aceh ke negeri jiran itu. Warga lokal ditengarai terlibat dalam pelarian yang semakin sering terjadi ini.

Dua orang perempuan Rohingya mengendap-endap mendekati pintu seng yang menutupi bagian belakang tempat penampungan sementara mereka di Lhokseumawe, Aceh.

Kejadian ini terekam dalam kamera CCTV yang sengaja dipasang oleh Organisasi Internasional untuk Imigran (IOM) untuk mengawasi para pengungsi Rohingya, menyusul semakin banyak para imigran yang kabur. Tanggal yang tertera di rekaman itu adalah 10 Februari 2022 pukul 07.07 WIB.

Namun video rekaman CCTV yang didapatkan oleh BBC News Indonesia itu terputus, tepat sebelum pagar seng tadi berhasil dibobol oleh para pengungsi. Kamis pagi itu, sebanyak 31 orang Rohingya berhasil melarikan diri dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kandang, yang terletak di Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) Indonesia mengatakan, keinginan kabur para pengungsi begitu besar walaupun pihaknya terus memberikan pengertian bahaya perjalanan ilegal.

Sementara Satgas Penanganan Kota Lhokseumawe yakin ada warga lokal yang membantu para pengungsi melarikan diri.

Baca juga:

Pelarian pada 10 Februari lalu adalah jumlah terbanyak kasus pelarian Rohingya di Aceh sepanjang 2022, setelah gelombang kedatangan lebih dari seratus orang melalui kapal yang nyaris tenggelam di penghujung tahun lalu.

Menurut data UNHCR, dari 105 pengungsi Rohingya yang terdaftar dan ditampung di BLK Lhokseumawe, hanya 41 orang yang tersisa kini. Sebanyak 64 orang lain telah berhasil kabur dengan cara sama: merusak pagar belakang di dekat kamar mandi yang terbuat dari seng.


Para pengungsi Rohingya di Aceh sejak 2020:

24 Juni 2020: 99 orang terdampar di Aceh Utara

7 September 2020: 297 orang mendarat di Aceh

25 Januari 2021: UNHCR melaporkan pengungsi Rohingya di Aceh tersisa 112 orang

3 Juni 2021: 81 orang dalam perahu kandas di Pulau Idaman Aceh, dipindahkan ke Medan

31 Desember 2021: 120 orang tiba di Aceh Utara

13 Februari 2022: Dari 105 pengungsi di BLK Lhokseumawe, kini tersisa 41 orang

Sumber: Arsip BBC Indonesia


Sejumlah warga Rohingya mengaku kepergian mereka karena suruhan oleh anggota keluarga yang terlebih dahulu berada di Malaysia. Sebagian dari mereka berusaha menuju ke Malaysia namun terdampar di Aceh karena kerusakan mesin kapal, dalam perjalanan dari kamp pengungsi di Bangladesh, Cox's Bazar.

Secara umum komunitas Rohingya di Malaysia juga lebih banyak dan mereka bisa bekerja walaupun secara gelap.

Menurut informasi yang dikumpulkan BBC News Indonesia dari orang-orang yang tahu seluk beluk jalur kabur para pengungsi, mereka yang berhasil kabur ini kemudian mengendap-endap dan bersembunyi di rawa selama beberapa jam, menunggu sinyal dari penjemput yang kemudian akan membawa mereka ke Medan.

Alif, bukan nama sebenarnya, pernah berperan sebagai penjemput sebelum operasinya ketahuan polisi dan ia diringkus. Dia juga seorang Rohingya, namun sudah fasih berbahasa Indonesia.

Bayar belasan hingga puluhan juta

Jalur keberangkatan para pengungsi yang kabur itu lintas wilayah dan melibatkan beberapa penyelundup yang berbeda-beda, kata Alif kepada wartawan Hidayatullah yang melaporkan dari Aceh untuk BBC News Indonesia.

"Dari Lhokseumawe dibawa ke Medan, ditaruh di dekat tempat pengungsian di sana. Lalu akan ada agen lain yang mengatur untuk dibawa ke Malaysia," terang dia, menambahkan bahwa mereka akan sekali lagi mengarungi jalur laut ilegal.

Alif juga mengungkap, sejak awal para pengungsi ini berangkat dari negara asalnya menuju Malaysia, atas perintah dan dana dari sanak saudara mereka yang sudah terlebih dulu bermukim di negeri jiran itu.

Jika mereka tak punya keluarga di Malaysia, sebut Alif, maka mereka tidak akan berangkat.

"Yang bawa mereka itu tidak bisa begitu saja, harus ada kasih biaya. Mereka ada yang punya saudara di Malaysia, ada yang punya suami, abang… semuanya ada keluarga di Malaysia," tukasnya.

Menurut yang pernah didengar Alif dari sesama orang Rohingya, biaya untuk memberangkatkan seseorang dari Lhokseumawe ke Malaysia sebesar 4.000 RM, atau setara dengan nyaris Rp14 juta.

BBC News Indonesia berhasil mendapatkan keterangan dari seorang Rohingya yang bermukim di Malaysia. Salah seorang keluarganya, kata perempuan yang meminta namanya dirahasiakan ini, saat ini masih berada di BLK Lhokseumawe.

Melalui pesan suara, dia mengatakan mau membayar hingga 6.000 RM - atau setara dengan lebih dari Rp20 juta - untuk memindahkan keluarga tersebut dari Aceh ke Malaysia.

"Tapi harus satu tangan yang mengantarnya, jangan ada lagi pindah-pindah tangan. Soalnya saudara saya itu yatim piatu, dan hanya saya saja saudaranya," sebut perempuan itu.

Kaburnya rombongan pengungsi pada 10 Februari ini terjadi setelah sebelumnya polisi mengamankan dua pria asal Sumatera Utara di Lhokseumawe pada 18 Januari.

Dua pria itu, menurut Kabid Humas Polda Aceh Kombes Winardy kepada wartawan pada Kamis (20/01), adalah penyedia mobil sewaan yang dijanjikan Rp2 juta dan "diduga kuat akan melakukan penjemputan terhadap imigran Rohingya di penampungan Shelter BLK".

Delapan perempuan Rohingya kabur di saat bersamaan dengan diciduknya dua pria tersebut. Polisi saat ini masih mendalami dugaan keterlibatan sindikat TPPO dalam kasus ini.

Peranan-peranan dalam proses kaburnya para pengungsi Rohingya ini, sesuai dengan apa yang dikatakan Alif kepada BBC News Indonesia.

"Intinya ada peran warga lokal. Karena kalau Rohingya [sendiri] tidak mungkin, sebab mereka tidak tahu lokasi di sini," ujar Alif.

'Menunggu kabar negara ketiga'

Nurhabah, 21 tahun, adalah satu dari 41 pengungsi Rohingya yang tersisa di BLK Lhokseumawe. Menurut dia, teman-temannya yang telah kabur adalah mereka yang memiliki telepon genggam, sehingga bisa menghubungi keluarga yang ada di Malaysia.





Sumber : BBC


BERITA LAINNYA



Close Ads x