Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Harga Pangan Melonjak di Inggris akibat Perang Rusia-Ukraina hingga Larangan Ekspor CPO RI

Kompas.tv - 17 Juni 2022, 12:23 WIB
harga-pangan-melonjak-di-inggris-akibat-perang-rusia-ukraina-hingga-larangan-ekspor-cpo-ri
Harga makanan yang terbuat dari tepung dan biji-bijian seperti roti, mengalami kenaikan paling tinggi di Inggris akibat perang Rusia-Ukraina. (Sumber: The Guardian )
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

LONDON, KOMPAS.TV - Institute of Grocery Distribution (IGD) menyatakan, memasuki summer atau musim panas, Inggris menghadapi kenaikan harga pangan hingga 15 persen. Harga makanan yang naik di antaranya adalah roti, daging, susu dan buah-buahan dan sayuran.

Kenaikan harga itu akan membuat warga berpenghasilan menengah bawah kemungkinan akan mengurangi jatah makan mereka. Tekanan biaya hidup di Inggris saat ini merupakan yang tertinggi sejak era 1970an. Tekanan itu utamanya disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina.

Mengutip dari The Guardian, IGD menjelaskan Rusia dan Ukraina adalah produsen biji-bijian utama di dunia. Mereka menyumbang hampir 30 persen pasokan gandum dunia.

Baca Juga: Inflasi Tembus 60 Persen, Argentina Naikkan Suku Bunga Acuan 300 Basis Poin

Jenis makanan yang harganya naik cukup tinggi di Inggris adalah produk yang menggunakan biji-bijian secara langsung, seperti roti. Kemudian produk yang terbuat dari hewan yang diberi makan biji-bijian, seperti ayam.

Naiknya harga makanan juga disebabkan oleh naiknya harga energi. Karena banyak pertanian sangat intensif energi, kata IGD.

Naiknya harga pupuk hingga 3 kali lihat sejak tahun lalu, juga menyumbang kenaikan harga pangan. Selain itu, banyak foil dan pulp kayu yang digunakan untuk kemasan makanan biasanya berasal dari Rusia dan perang telah menaikkan harga kemasan bahan-bahan tersebut.

Pembatasan ekspor makanan dari negara lain juga berpengaruh kepada Inggris. IGD menyatakan, larangan ekspor gandum dari India dan larangan ekspor CPO dari Indonesia juga berpengaruh. 

Walaupun Indonesia sudah mencabut larangan itu. Meningkatnya Covid di China hingga sebabkan lockdown, juga mengganggu rantai produksi makanan dunia. 

Naiknya harga makanan dan energi akibat perang, memang dirasakan oleh banyak negara, bukan hanya Inggris. Tapi Negeri Ratu Elizabeth itu menghadapi masalah khusus, yaitu kekurangan tenaga musiman untuk panen.

Baca Juga: Rusia Denda Google 15 Juta Rubel karena Masalah Data Pengguna

Biasanya, Inggris mendapatkan Pekerja Pertanian Musiman mayoritas berasal dari Ukraina. Tetapi tahun ini, pria Ukraina berusia antara 18 dan 60 tahun telah diperintahkan untuk tinggal di rumah dan berjuang.


Kesenjangan ini pun sedang ditutup oleh pekerja dari tempat yang lebih jauh, tetapi pekerja baru membutuhkan pelatihan, dan biaya tersebut akan menambah kenaikan harga, kata IGD.

Inggris memang mendapat sekitar 40 persen makanannya dari luar negeri, sehingga terkena kenaikan harga pangan global. Dan sejak Brexit, produsen Uni Eropa cenderung tidak memprioritaskan pelanggan Inggris, katanya.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x