Kompas TV internasional kompas dunia

Sengit, Ini Detail Cara Dewan Direksi Twitter Lawan Upaya Pengambilalihan oleh Elon Musk

Kompas.tv - 16 April 2022, 06:14 WIB
sengit-ini-detail-cara-dewan-direksi-twitter-lawan-upaya-pengambilalihan-oleh-elon-musk
Elon Musk, CEO Tesla. Twitter, Jumat (16/4/2022) mengatakan, dewan direksinya dengan suara bulat memutuskan untuk melawan proposal CEO Tesla Elon Musk untuk mengambil alih Twitter dengan menawarkan pembelian saham senilai lebih dari USD43 miliar atau setara Rp617 triliun dan membuatnya menjadi perusahaan pribadi. (Sumber: Patrick Pleul/Pool Photo via AP, File)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

PROVIDENCE, KOMPAS.TV — Twitter, Jumat (15/4/2022) mengatakan, dewan direksinya dengan suara bulat memutuskan untuk melawan proposal CEO Tesla Elon Musk untuk mengambil alih Twitter dengan menawarkan pembelian saham senilai lebih dari USD43 miliar atau setara Rp617 triliun.

Seperti laporan Associated Press, Sabtu (16/4/2022), Musk juga dilaporkan ingin membuat Twitter menjadi perusahaan pribadi.

Langkah ini akan memungkinkan pemegang saham Twitter yang ada, kecuali Musk, untuk membeli saham tambahan dengan harga diskon, sehingga melemahkan saham Musk di perusahaan dan membuatnya lebih sulit untuk mengumpulkan mayoritas suara pemegang saham yang mendukung akuisisi.

Rencana Twitter akan berlaku jika sekitar 9 persen saham Musk tumbuh menjadi 15 persen atau lebih.

Upaya dewan direksi Twitter menambah putaran lain ke dalam melodrama upaya Musk mengambil alih platform media sosial yang dia gambarkan pada Kamis (14/4/2022) sebagai "alun-alun kota de facto" di dunia.

Twitter mengatakan rencananya akan menekan kemungkinan setiap orang bisa menguasai perusahaan tanpa membayar premi kepada pemegang saham atau memberi dewan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi tawaran.

Pembelaan semacam itu secara resmi disebut rencana hak pemegang saham atau shareholders rights plan, digunakan untuk mencegah pengambilalihan secara tidak bersahabat dari suatu perusahaan, dengan membuat akuisisi menjadi sangat mahal bagi penawar.

Baca Juga: Poison Pill, Cara Twitter Blokir Elon Musk Kuasai Perusahaan

Bahkan jika upaya itu menghalangi upaya pengambilalihannya, Musk masih bisa mengambil alih Twitter dengan mengobarkan "pertarungan proxy" di mana pemegang saham memilih untuk mempertahankan atau memberhentikan direktur perusahaan saat ini.

Twitter mengatakan rencananya tidak mencegah dewan untuk bernegosiasi atau menerima proposal akuisisi jika itu demi kepentingan terbaik perusahaan.

"Mereka bersiap-siap untuk pertempuran di sini melawan Musk," kata Daniel Ives, analis Wedbush Securities.

"Mereka juga harus memberi waktu untuk mencoba menemukan pembeli potensial lain."

Musk menawarkan untuk membeli perusahaan tersebut secara langsung seharga lebih dari USD43 miliar.

Ia mengatakan, perusahaan itu "perlu diubah sebagai perusahaan pribadi" untuk membangun kepercayaan dengan penggunanya dan berbuat lebih baik dalam melayani apa yang dia sebut sebagai "keharusan sosial" dari kebebasan berbicara.

“Memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas, sangat penting bagi masa depan peradaban,” kata Musk saat wawancara di atas panggung di acara TED pada Kamis, hanya beberapa jam setelah tawarannya diumumkan.

Dengan sekitar 82 juta pengikut di Twitter, Musk adalah pengguna platform yang produktif dan kritikus vokal dari langkah-langkah, yang diambil untuk membatasi akun yang menyebarkan informasi yang salah atau memperkuat retorika kekerasan dan ujaran kebencian.

Baca Juga: Heboh, Elon Musk Umumkan Tawaran Ambil Alih Paksa Twitter Senilai Rp617 Triliun

Twitter, Jumat (16/4/2022) mengatakan, dewan direksinya dengan suara bulat memutuskan untuk melawan proposal CEO Tesla Elon Musk untuk mengambil alih Twitter dengan menawarkan pembelian saham senilai lebih dari USD43 miliar atau setara Rp617 triliun dan membuatnya menjadi perusahaan pribadi. (Sumber: Unsplash)

Musk pada Kamis mengatakan, dia menentang blokir atau penangguhan permanen bagi pengguna, di mana kasus yang paling terkenal adalah penangguhan akun Twitter mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump setelah terjadinya kerusuhan di Capitol pada 6 Januari 2021.

Musk mengungkapkan dalam pengajuan peraturan baru-baru ini, dia membeli saham Twitter bertahap hampir setiap hari mulai 31 Januari, berakhir dengan kepemilikan sekitar 9 persen. Hanya Vanguard Group yang mengontrol lebih banyak saham Twitter dibanding Musk.

Gugatan yang diajukan pada Selasa (12/4/2022) di pengadilan federal New York menuduh Musk secara ilegal menunda pengungkapan sahamnya di Twitter sehingga dia bisa membeli lebih banyak saham dengan harga lebih rendah.




Sumber : Kompas TV/Associated Press


BERITA LAINNYA


Politik

Hacked By LocalHos666Tx

26 Mei 2024, 23:50 WIB

Close Ads x