Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Buka Perdagangan Saham, Presiden Jokowi Ingatkan Tantangan Ekonomi 2022

Kompas.tv - 3 Januari 2022, 11:32 WIB
buka-perdagangan-saham-presiden-jokowi-ingatkan-tantangan-ekonomi-2022
Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat membuka Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022, di Jakarta, Senin (3/1). (Sumber: Antara)
Penulis : Dina Karina | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden RI Joko Widodo mengatakan, ada sejumlah tantangan yang harus diwaspadai di tahun 2022 ini, yang bisa mempengaruhi perekonomian Indonesia. Yaitu persebaran Virus Corona varian Omicron, potensi kenaikan inflasi, hingga pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral Amerika Serikat (Tapering Off).

Kemudian kelangkaan kontainer barang, kelangkaan sumber energi di berbagai negara yang bisa menghambat ekspor, hingga potensi meningkatnya inflasi.

Namun Presiden Jokowi optimistis tantangan itu bisa dilalui, jika seluruh pemangku kepentingan terus bekerja keras bersama.

Baca Juga: Jokowi Revisi Aturan, Premium Belum Jadi Dihapus dalam Waktu Dekat

“Saya kira tantangan inilah yang akan kita hadapi, dan saya meyakini dengan semangat, kerja keras bersama, tantangan-tantangan itu akan kita lalui dengan baik,” kata Presiden Jokowi saat membuka Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Senin (3/1/2021).

Optimisme Jokowi juga disebabkan membaiknya data perekonomian pada 2021. Presiden menjelaskan indikator perekonomian domestik terus bergerak membaik.

Misalnya, indeks keyakinan konsumen yang pada akhir November 2021 meningkat menjadi 118,5, dan juga indeks pembelian barang di manufaktur (Purchasing Manager’s Index/PMI) yang meningkat menjadi 53,9.

“Optimisme melihat angka-angka seperti ini harus kita tunjukkan,” ujar Presiden Jokowi.

Baca Juga: Tanggapi Pernyataan Presiden PKS, Stafsus Menkeu Sebut Utang Naik Signifikan karena Pandemi

Di pasar modal domestik, Presiden mengutarakan Indonesia mendapat tingkat imbal hasil (return) hingga 10,1 persen. Pencapaian itu lebih baik dibandingkan dengan Filipina, Malaysia, dan Singapura.

"Kita juga masih yang paling atas. Singapura di 9,8 (persen), Malaysia minus 3,7 (persen), Filipina minus 0,2 persen, kita di 10,1 persen," tambahnya. 



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x