Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Ternyata China Sempat Remehkan Indonesia, Sekarang Getol Investasi

Kompas.tv - 25 November 2021, 09:21 WIB
ternyata-china-sempat-remehkan-indonesia-sekarang-getol-investasi
Menko Polhukam Mahfud MD bersama Mendagri Tito Karnavian sedang berada di atas KRI Semarang dalam perjalanan menuju Pulau Laut, Kabupaten Natuna (23/11/2021). Kondisi Laut Natuna tengah memanas dengan keberadaan kapal nelayan dan kapal perang China. (Sumber: Instagram @mohmahfudmd)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

NATUNA, KOMPAS.TV - China adalah negara di peringkat ke-5 terkait investasi ke Indonesia. Namun siapa sangka, dulu China pernah meremehkan Indonesia saat diajak menjalin kerja sama ekonomi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. 

Hal itu diungkapkan Menko Polhukam Mahfud MD saat berkunjung ke Kecamatan Pulau Laut, Natuna, Kamis (25/11/2021). Mahfud bercerita, saat mengajak China berinvestasi di Indonesia, Megawati ditanya apa saja yang dimiliki Indonesia. 

"Indonesia ini sangat kaya, pada suatu hari dulu Presiden Indonesia Bu Megawati berkunjung ke China ketika menjadi presiden, ke RRC. Oleh Presiden RRC ditanya, Indonesia mau kerjasama dengan RRC, apa yang dimiliki Indonesia. Kira-kira kalau di bahasa Indonesia kok berani-beraninya ngajak kerjasama, apa yang dimiliki," kata Mahfud. 

Menurut Mahfud, saat itu Megawati menjawab tidak ada yang tidak dimiliki Indonesia. Semua kekayaan sumber daya alam dimiliki Indonesia. 

Baca Juga: Kejagung Lelang Mobil Mewah Terpidana Kasus Jiwasraya, Laku Rp6 M

"Ibu Mega jawabnya bagus, kami merasa semua memiliki, coba tanya apa yang menurut anda tidak dimiliki, semua kita punya, panas bumi yang sekarang sudah menjadi objek bisnis. Emas punya, laut punya, hutan punya, apa yang tidak punya, mau kerjasama apa ayok, karena kita kaya," tutur Mahfud. 

Namun Mahfud menyatakan, kekayaan alam Indonesia harus dijaga dan dikelola dengan baik untuk kesejahteraan rakyatnya. Jika rakyat menikmati hasil kekayaan bumi Indonesia, rasa nasionalisme akan tertanam di hati masyarakat. 

"Oleh sebab itu, tinggal pengelolaannya, karena kalau kita mengelola dengan baik, pemerintahnya cermat, profesional, rakyat ya bersungguh-sungguh maka rakyat ini akan maju. Dan kemajuan itu juga akan memupuk rasa nasionalisme," ujar Mahfud. 

Sebaliknya, jika pemerintah menelantarkan rakyatnya dan tidak memberikan hasil kekayaan alam kepada rakyat, akan berpotensi terjadi penyerobotan oleh negara lain.

Baca Juga: PPKM Level 3 Saat Nataru, Mudik Dilarang hingga Imbauan Tunda Cuti Pekerja Migran

"Karena misalnya kalau pemerintah lalai, lalu rakyatnya terlantar, kadangkala rasa nasionalisme menipis, untuk apa sih hidup kok begini, gitu. Lalu digunakan oleh orang luar, dibayar untuk menjual sumber daya alam secara diam-diam, terjadilah penyerobotan dan macem-macem. Kalau kita bersungguh-sungguh semuanya, maka kita akan sejahtera," ungkap Mahfud. 

Mahfud berkunjung ke Natuna juga sebagai Ketua Pengarah Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Ia mengunjungi Natuna bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, yang juga menjabat sebagai Kepala BNPP.

Seperti diketahui, kondisi di Laut Natuna tengah memanas karena kehadiran kapal nelayan dan kapal perang China. 

Dalam kunjungan tersebut, pemerintah juga memberikan bantuan berupa kapal puskesmas keliling (pusling) ke Puskesmas Pulau Laut. Bantuan tersebut berasal dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang merupakan bagian dari anggota BNPP yang diserahkan secara simbolis.



Sumber :


BERITA LAINNYA



Close Ads x