Kompas TV internasional kompas dunia

Petani Palestina Harus Cabuti Mahkota Tomat Jika Ingin Ekspor ke Tepi Barat dan Negara-negara Arab

Kompas.tv - 24 Juni 2021, 08:06 WIB
petani-palestina-harus-cabuti-mahkota-tomat-jika-ingin-ekspor-ke-tepi-barat-dan-negara-negara-arab
Seorang pekerja tampak memeriksa tomat-tomat di pabrik pengolahan pasta tomat di kamp pengungsi di utara Jalur Gaza. (Sumber: AFP/File)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Iman Firdaus

GAZA, KOMPAS.TV – Para petani tomat Palestina harus mencabuti bagian mahkota tomat sebelum diizinkan mengekspor hasil pertanian mereka ke pasar buah di Tepi Barat dan negara-negara Arab. Ketentuan baru ini dikeluarkan otoritas Israel terhadap para petani tomat Palestina di Jalur Gaza. Ketentuan ini akan membuat buah tomat lebih cepat membusuk.  

Melansir Middleeasteye.net, Kementerian Pertanian Palestina pada Rabu (23/6/2021) menyatakan, Israel telah meminta para petani untuk mencabuti mahkota tomat – yang terdiri dari bagian sepal dan pedisel yang tumbuh dari bunga tomat – sebelum diizinkan melintasi perbatasan Karm Abu Salem. Belum ada keterangan lebih lanjut dari otoritas Israel terkait permintaan itu.

Bagian-bagian buah tomat. (Sumber: letstalkscience.ca)

Pihak Kementerian Pertanian Palestina menyatakan, mustahil untuk memenuhi permintaan Israel. Mereka juga menolak hambatan baru pendudukan Israel dan kondisinya untuk mengubah standar pemasaran sejumlah produk pertanian melalui perlintasan Karm Abu Salem.

Baca Juga: Perbarui Paspor Inggris, Warga Israel Dapati Tempat Lahirnya Tertulis di Palestina

Lagipula, kata pihak kementerian, pembeli lebih suka membeli tomat yang masih bermahkota.

Seorang petani Palestina di Gaza, mengeluhkan ketentuan baru ini melalui video yang diunggah di media sosial. Menurutnya, mencabuti mahkota tomat akan membutuhkan waktu lebih lama dan tomat akan jadi lebih cepat busuk.

Padahal, truk-truk yang mengangkut tomat hasil panennya yang akan dikirim ke Ramallah, Nablus, Jenin dan Hebron, harus mengantri selama 3 hari di persimpangan yang diduduki tentara Israel sebelum iizinkan melintas.

“Dan saat akhirnya diizinkan lewat, tomat-tomat itu sudah membusuk dan tak seorang pun mau membelinya,” kata sang petani. Ia juga mengeluhkan bahwa ia harus mempekerjakan tenaga tambahan untuk mematuhi ketentuan baru Israel itu.

Baca Juga: Meski Katanya Gencatan Senjata, Nelayan Gaza: “Kami Ditembaki dan Wilayah Laut Kami Dibatasi”

Israel telah memberlakukan blokade darat, udara dan laut di Jalur Gaza sejak tahun 2007, dan mengontrol pergerakan truk-truk yang melintasi Israel dan Tepi Barat melalui al-Mintar, Awdeh dan Karm Abu Salem.

Ketiga perlintasan ini diduduki oleh tentara Israel dan dipergunakan untuk jalur perdagangan.

Sebanyak 110 ton sayur-mayur dan buah-buahan diizinkan melintasi Jalur Gaza menuju Tepi Barat pada Rabu (23/6/2021), yang telah diblokade Israel selama 43 hari belakangan.

Sebelumnya, Israel memutus rantai pengiriman tomat dari Palestina ke pasaran di Tepi Barat dan negara-negara Arab dengan alasan “penggunaan pestisida yang tidak tepat”.

Baca Juga: Bos Intelijen Mesir Tiba di Gaza Palestina Berupaya Bangun Gencatan Senjata Jangka Panjang

Para petani Palestina di Gaza bergantung secara finansial pada pengiriman hasil panen mereka, seperti strawberi, bunga, tomat dan cherry ke pasar warga Palestina dan Arab.

Sejak Mei lalu saat perang antara Israel dan Palestina berkecamuk hingga Israel menutup perbatasannya, para petani Palestina ini telah mengalami kerugian lebih dari USD 16 juta, atau sekitar Rp231 miliar.

Menurut Kamar Dagang Distrik Gaza, sejak Mei lalu, Israel telah memblokir hampir 6.500 truk pengangkut minyak, ban, suku cadang mobil dan barang-barang lainnya, memasuki Gaza. Sementara, sekitar 300 truk pengangkut sayur-sayuran, pakaian dan furnitur ditolak keluar dari Jalur Gaza.

Rakyat Palestina di Jalur Gaza, menderita kekurangan barang-barang penting untuk kontruksi bangunan, keperluan medis dan barang-barang hasil pabrik.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x