Kompas TV nasional humaniora

Jejak dan Harapan Garuda Muda (I): dari Abdullah bin Khalifa Terkenang Olimpide 1956

Kompas.tv - 27 April 2024, 05:00 WIB
jejak-dan-harapan-garuda-muda-i-dari-abdullah-bin-khalifa-terkenang-olimpide-1956
Para pemain Timnas U23 Indonesia berselebrasi dalam pertandingan perempat final Piala Asia U23 2024 kontra Korea Selatan di Doha, Qatar, Jumat (26/4/2024) dini hari WIB. (Sumber: PSSI)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Timnas Indonesia U23 secara mengejutkan berhasil mengalahkan tim kuat Asia, Korea Selatan, dengan skor 11-10 setelah kedua tim bermain imbang 2-2 selama 120 menit dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Jumat (26/4/2024) dinihari.

Kemenangan ini merupakan sejarah dalam perjalanan sepak bola Indonesia, pertama kali menembus babak semifinal di Piala Asia. Sampai-sampai, Presiden Joko Widodo pun ikut berkomentar.  

"Pertama kalinya Indonesia berhasil mencapai babak semifinal di kompetisi ini, sangat bersejarah!" tulis Jokowi dalam unggahan di akun Instagramnya, Jumat (26/4/2024). 

Kemenangan Garuda Muda kali ini memang membuka peluang menuju Olimpiade Paris, Prancis, Juli mendatang. Tim asuhan Shin Tae Yong (STY) akan berlaga di semifinal piala Asia. Untuk juara 1,2,3 otomatis lolos ke Olimpiade. Sementara peringkat empat akan bertanding lewat babak playoff untuk mendapatkan satu tiket.

Baca Juga: Piala Asia U23 2024: Singkirkan Korea Selatan, Timnas U23 Indonesia Langsung Fokus Semifinal

Jika berhasil, Timnas mampu masuk ke final sekaligus mengamankan tiket ke Olimpiade. Itu berarti, peristiwa 68 tahun silam terulang kembali, ketika Indonesia masuk Olimpiade di Melbourne, Australia.

Kala itu permainan Timnas menuai banyak pujian, terutama pada babak perempat final melawan tim kuat Uni Soviet. Decak kagum pun datang dari berbagai pihak, termasuk dari Presiden FIFA saat itu, Sir Stanley Rous.

“Baru sekali saya melihat permainan bertahan yang sempurna sekali,” ujar Presiden FIFA Sir Stanley Rous, seperti dikutip Bola edisi 27 Juli 1984.

Kala itu, Indonesia yang usia kemerdekaannya baru seumur jagung, mendatangkan pelatih asal Yugoslavia Antun "Toni" Pogacnik pada 1954. Pogacnik aktif mencari pemain ke berbagai daerah di Tanah Air.

Selain itu, ia sangat intensif melakukan rangkaian uji coba, terutama melawat tim-tim Eropa Timur. Namun, hasilnya tak cukup menggembirakan. Negara seperti Yugoslavia, Jerman Timur, dan Republik Ceko menjadi incaran uji coba timnas.

Baca Juga: Erick Thohir: Target Timnas U23 Indonesia Selanjutnya adalah Final, Momentum Milik Kita

Namun bersama Pogacnik, Timnas  berhasil menembus semifinal Asian Games 1954 di Manila. Empat tahun kemudian, kembali menembus semifinal dan meraih medali perunggu di Asian Games 1958 Tokyo. Medali perunggu di cabang sepak bola itu merupakan medali pertama Indonesia pada turnamen resmi internasional.

Timnas asuhan Pogacnik juga sukses di Merdeka Games 1961 yang digelar di Malaysia. Indonesia berhasil menggondol gelar juara menyisihkan para pesaing, seperti Singapura, Thailand, Hong Kong, Malaysia, dan bahkan Korea Selatan. Gelar juara Merdeka Games 1961 itu pun diraih tanpa terkalahkan sepanjang turnamen.

Pagacnik menangani timnas hingga tahun 1964. Ia mundur setelah gagal mencapai target medali di ajang Asian Games 1962 yang digelar di Jakarta. Meski demikian, Pogacnik disebut-sebut sebagai bapak sepak bola modern Indonesia karena ia jadi orang pertama yang meletakkan dasar permainan sepak bola modern di Indonesia.

Mengutip Litbang Kompas, salah satu keberhasilan Pogacnik yang menjadi buah bibir sampai sekarang adalah tampil cemerlang di Olimpiade 1956 di Melbourne. Timnas Indonesia mengejutkan dunia dengan menahan imbang raksasa Uni Soviet dengan skor 0-0. Timnas Indonesia kala itu diperkuat antara lain, Maulwi Saelan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, Ramlan, dan Rusli Ramang.


Sedangkan kubu lawan dihuni pemain kaliber dunia yang ternama semisal Lev Yashin, Igor Netto, Eduard Streltsov, dan Valentin Ivanov. Lev Yashin adalah penjaga gawang legendaris, bukan saja dikenal di negaranya sendiri, namun juga dalam sejarah sepak bola dunia. Bahkan Uni Soviet kala itu dikenal sebagai raksasa sepak bola dunia.

Namun, sejarah pun mencatat, Timnas Garuda kala itu berhasil menaham imbang dengan perjuangan yang mengagumkan. Apakah kemenangan Timnas di Stadion Abdullah bin Khalifa bisa berlanjut ke Paris? Semoga.

 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x