Kompas TV nasional peristiwa

Kebakaran di Kilang Minyak Pertamina Indramayu, BMKG Tak Mendeteksi Adanya Petir Dekat Balongan

Kompas.tv - 30 Maret 2021, 12:13 WIB
kebakaran-di-kilang-minyak-pertamina-indramayu-bmkg-tak-mendeteksi-adanya-petir-dekat-balongan
Warga menyaksikan kebakaran di kompleks Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3/2021) dini hari. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan tak menemukan adanya sambaran petir di sekitar lokasi kilang minyak milik PT Pertamina RU VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. 

"Berdasarkan alat monitoring lightining detector yang berlokasi di BMKG Jakarta dan BMKG Bandung dari pukul 00.00 sampai pukul 02.00 WIB, bahwa tidak terdeteksi adanya aktivitas sambaran petir di wilayah kilang minyak Balongan Indramayu," ujar Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda  Waktu, Rahmat Triyono melalui siaran pers dilansir Kompas.com, Selasa (30/3/2021).

Hingga kini belum ada kepastian tentang penyebab kebakaran ada Senin (29/3/2021) pukul 00.45 WIB di sekitar areal kilang minyak PT Pertamina di Indramayu ini. Corporate Secretary Subholding Refining and Petrochemical Pertamina Ifky Sukarya menduga kebakaran dipicu oleh sambaran petir.

BMKG menganalisis kejadian sambaran petir di sekitar lokasi kilang minyak Indramayu pada jam perkiraan kejadian tersebut. Hasilnya, menurut Rahmat, alat monitoring lightning detector tak memperlihatkan ada sambaran petir di sekitar lokasi kilang.

Baca Juga: Pantauan Udara Malam (29/3) Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan, Api Masih Menyala

Ketika dikonfirmasi ulang, Rahmat menegaskan bahwa apa yang disampaikan itu bukanlah kesimpulan penyebab ledakan dan kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan. Ia mengatakan, perlunya data dan penelitian mendalam untuk menemukan kesimpulan bahwa penyebab kebakaran adalah sambaran petir. 

"Ada (sambaran petir), tapi cukup jauh, bahwa apakah itu bisa sebagai pemicu kemudian membuat meledak, saya tidak menyimpulkan hal itu karena harus ada penelitian yang lebih mendalam," tegas Rahmat.

Baca Juga: Dirut Pertamina dan Sekretaris Subholding Beda Pendapat soal Penyebab Kebakaran, Kok Bisa?

BMKG memantau aktivitas sambaran petir di seluruh wilayah Indonesia dengan alat pendeteksi petir yang tersebar di 56 lokasi dan efektif pada radius 300 kilometer.

Di pulau Jawa terpasang 11 alat monitoring di 11 stasiun BMKG yang memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur.

"Berdasarkan hasil monitoring alat kelistrikan udara bahwa pada 29 Maret 2021 pukul 00.00-02.00 WIB, menunjukkan kerapatan petir berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan sejauh kurang lebih 77 km, yaitu di sekitar Subang dengan klasifikasi tingkat kerapatan petirnya sedang-tinggi," tutur Rahmat.

Rahmat menjelaskan, petir merupakan kilatan listrik di udara yang disertai bunyi gemuruh. Petir bisa terjadi karena bertemunya awan yang bermuatan listrik positif dan listrik negatif.

Baca Juga: Pemkab Indramayu dan Pertamina Jamin Pengobatan Bagi Korban Ledakan Kilang Minyak di Balongan

Terdapat tiga tipe petir yang bisa terjadi yaitu petir awan ke awan, petir di dalam awan dan petir dari awan ke bumi. Tipe terakhir merupakan petir yang paling berbahaya bagi kehidupan di bumi.

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, terjadi insiden kebakaran di kilang minyak Pertamina Balongan pada tangki T-301G.

Adapun menurut pertamina, insiden itu terjadi pada Senin (29/3/2021) dini hari pada pukul 00.45 WIB.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x