> >

Asal-usul Wedang Ronde yang Merupakan Asimilasi Budaya Tionghoa dengan Nusantara

Sinau | 26 Januari 2022, 19:30 WIB

KOMPAS.TV- Untuk menemani suasana malam yang dingin atau saat hujan sedang turun, kita bisa memilih wedang ronde sebagai penghangat tubuh. Minuman ini banyak dijumpai di daerah Yogyakarta, solo dan wilayah Jawa Tengah lainnya.

Umumnya wedang ronde tersaji dalam keadaan panas, tapi ada juga yang menjajakannya dengan es. Selain sebagai penghalau dingin, manfaat mengonsumsi wedang ronde antara lain menghilangkan mabuk, mengatasi perut kembung, meredakan sakit kepala dan lain sebagainya.

Ronde dibuat dari beras ketan  dibentuk bulat kemudian direbus sampai matang, biasanya disajikan kuah jahe hangat dan gula, berisi kacang tanah, wijen, atau kacang hitam.

Melansir KOMPAS.com wedang ronde adalah perpaduan tangyuan dan kuah jahe plus gula khas Nusantara.

Tangyuan juga terbuat dari tepung ketan, bisa dengan isian atau polosan. Tangyuan sendiri  memiliki arti bola-bola dalam kuah atau sup.

Tangyuan dan ronde memiliki tekstur yang lengket, hal ini identik dengan simbol mempererat tali kekeluargaan.

Menyadur KOMPAS.com ronde hanya dapat ditemukan di Indonesia, karena merupakan perpaduan budaya tionghoa dengan nusantara.

Ronde  tersaji dengan rasa manis, sementara tangyuan dihidangkan dengan kuah manis atau kaldu daging.

Wedang ronde biasanya dijual di gerobak pinggir jalan atau berkeliling, disajikan dengan mangkuk unik dan piring kecil sebagai tatakan, kemudian untuk menikmati kuah hangat dan manisnya menggunakan sendok bebek.

Sendok ini bergagang pendek dan bagian depannya lebih cekung daripada sendok biasa, bentuknya seperti paruh bebek.

Baca Juga: Minuman Ini Tertulis Ratusan Tahun Lalu dalam Kitab Suci, Khasiatnya Juga Banyak

https://www.kompas.tv/article/249747/minuman-ini-tertulis-ratusan-tahun-lalu-dalam-kitab-suci-khasiatnya-juga-banyak 

Video Editor & Grafis: Agus Eko Apriyanto 

Penulis : Sunbhio-Pratama

Sumber : diolah dari berbagai sumber


TERBARU