> >

Pernah Merasa Perjalanan Pulang Lebih Cepat daripada Pergi? Ternyata Ini Penyebabnya

Jelajah indonesia | 3 Februari 2022, 21:17 WIB
Ilustrasi peta dan roadtrip. Kendati ditempuh dalam jarak dan waktu yang sama, tapi kebanyakan orang merasa perjalanan pulang lebih cepat daripada pergi. Apakah Anda juga merasa begitu? (Sumber: (Pexels/Leah Kelley via Kompas.com))

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kendati ditempuh dalam jarak dan waktu yang sama, tapi kebanyakan orang merasa perjalanan pulang lebih cepat daripada pergi.

Apakah Anda juga merasa begitu?

Ternyata, ini ada hubungannya dengan cara kerja otak dalam memersepsikan waktu. Khususnya terkait jangka waktu sebuah aktivitas.

Pengajar mata kuliah Biofisika dan Kompleksitas pada program studi S2 Biofisika di Institut Pertanian Bogor (IPB), Husin Alatas, menyebut gejala ini dikenal sebagai Efek Kappa dalam disiplin ilmu psikologi dan neurosains. 

Efek Kappa yaitu saat lama perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bagi sebagian orang terasa berbeda, tepatnya ketika mereka pergi dan pulang. 

Ia melanjutkan, secara fisika, jika menempuh jalur yang sama, tidak ada perbedaan jarak tempuh antara pergi dan pulang. Namun, waktu tempuh akan berbeda bila kecepatan saat pergi dan pulang berbeda.

"Jika pulang dengan kecepatan lebih besar dibanding pergi, tentu waktu pulang lebih singkat dari pergi, dan sebaliknya," jelas Guru Besar bidang Fisika Teori itu dilansir dari Kompas.com, Kamis (3/2/2022).

Baca Juga: Daftar Long Weekend di Tahun 2022, Cocok untuk Rencanakan Liburan

Mari kita anggap kecepatan saat pergi dan pulang tetap sama, sehingga waktu yang dibutuhkan pun secara fisika sama. Kendati demikian, sebagian orang mungkin akan tetap merasa bahwa waktu pulang lebih cepat karena dipengaruhi beberapa hal.

Salah satunya, cara kerja otak dalam merespons waktu.

Berdasarkan penjelasannya, Efek Kappa, yang terkait dengan persepsi terhadap jangka waktu aktivitas oleh otak, merupakan hal yang sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian di otak. 

Bukan hanya itu, dalam kondisi tertentu, persepsi ini mungkin saja ikut melibatkan hormon. 

Persepsi waktu didasari atas informasi yang diolah oleh otak terkait dengan aktivitas yang dilakukan selama perjalanan. 

"Rangsangan dari luar yang diterima berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, serta terkait pula dengan kondisi lingkungan yang menyertainya," terang Husin.  

Semua hal tersebut lantas berdampak pada kemampuan otak dalam memersepsikan jangka waktu sebuah aktivitas.

Hal lain yang menyebabkan perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada pergi adalah karena perjalanan pulang juga familiar.

Kembali ke persepsi waktu yang terasa lebih singkat saat pulang, patut diduga bahwa sedikitnya informasi mengenai tempat yang dituju saat pergi dan diketahuinya informasi tentang tempat tersebut saat pulang, menjadi salah satu hal yang memengaruhi cara otak dalam memersepsikan waktu tempuh. 

Faktor tambahan, lanjut Husin, yang juga mungkin berperan adalah jenis aktivitas yang dilakukan selama perjalanan.

Aspek tersebut terkait erat dengan rangsangan yang diterima. Bila seseorang disibukkan dengan banyak hal selama perjalanan, persepsi waktu perjalanan yang singkat akan cenderung dirasakan. 

"Sebagai kesimpulan, perbedaan waktu, berupa Efek Kappa, yang dirasakan antara pergi dan pulang merupakan fenomena yang terkait dengan cara otak memersepsikan waktu, dan tidak ada hubungannya dengan sifat waktu secara fisika," pungkas Husin. 

Baca Juga: World Vaccine Update Eps 28 : Cerita Nakes hingga Pengalaman Vaksinasi Tim Roadtrip Indonesia

Baca Juga: Fakta Menarik Cappadocia di Turki, Destinasi Wisata Populer Idaman Traveler

 

Penulis : Hedi Basri Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas.com


TERBARU