> >

Viral Kilatan Cahaya Mirip Meteor di Langit Yogyakarta, Astronom Amatir: Itu Sampah Antariksa

Sains | 15 September 2023, 16:35 WIB
Viral kilatan cahaya menyerupai meteor di langit Yogyakarta pada Kamis (14/9/2023) malam. (Sumber: X/@merapi_uncover)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Warga Yogyakarta dan juga sebagian wilayah Jawa Barat dihebohkan dengan kilatan cahaya menyerupai meteor yang muncul di langit daerah mereka pada Kamis (14/9/2023) malam. 

Di Yogyakarta, kilatan cahaya itu terekam oleh sejumlah warga. Dalam video yang diunggah oleh akun X @merapi_uncover, tampak cahaya kuning-oren yang jatuh, disertai ekor yang membuatnya bak meteor jatuh.

Belum lama ini terlihat cahaya merah kekuningan agak panjang di langit dari selatan menuju ke arah utara. Entah cahaya apa itu,” tulis akun @merapi_uncover di X, Kamis malam.

Baca Juga: 5 Fenomena Langit di Bulan September 2023, Ada Hujan Meteor hingga Harvest Moon

Astronom amatir, Marufin Sudibyo, mengatakan bahwa kilatan cahaya itu rupanya bukan meteor, melainkan sampah antariksa yang memasuki atmosfer Bumi.

“Dari ciri-ciri yang terlihat, kemungkinan besar peristiwa ini adalah proses masuknya sampah antariksa buatan manusia (uncontrolled reentry),” kata Marufin, Jumat (15/9/2023).

Marufin berpendapat bahwa kecil kemungkinan kilatan cahaya di Yogyakarta itu adalah meteor. Dia mengamatinya dari durasi rekaman pada video-video yang beredar dan adanya proses fragmentasi.

Ditilik dari rekaman video, kilatan cahaya itu muncul lebih dari lima detik. Beberapa video bahkan mencapai lebih dari 10 detik.

“Ini menandakan kecepatannya lambat atau kurang dari 10 kilometer per detik,” jelasnya.

Kecepatan ini umumnya adalah kecepatan satelit buatan. Pasalnya, kecepatan meteor bisa tiga kali lebih cepat sehingga jika terekam kamera, mungkin kilatannya hanya muncul kurang dari lima detik.

Baca Juga: Mengintip Keseruan Kelas Terbuka Astronomi dan Sains Antariksa di Kampung Alien saat Super Blue Moon

Tak hanya itu, ditilik dari fragmentasi ekor cahaya, kilatan tersebut memiliki ekor cahaya yang terpecah-pecah. Ini merupakan proses fragmentasi obyek saat menembus atmosfer.

"Meteor khususnya meteor-terang (fireball) atau meteor-sangat terang (bolide), juga mengalami fragmentasi. Tapi saat itu terjadi, ia akan tampak sangat terang menyamai terangnya bulan purnama untuk sesaat," kata Marufin, sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

"Namun, hal itu tidak terdeteksi pada fenomena kilatan cahaya tersebut," tegasnya.

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU