> >

Kenapa Nabi Muhammad Dilahirkan di Bulan Rabiul Awal dan Bukan Ramadan? Ini Hikmah di Baliknya

Beranda islami | 18 Oktober 2021, 17:07 WIB
Ustaz Ahong ketika menerima Maarif Award 2020 sebagai dai moderat. Ia menjelaskan tentang hikmah di balik kelahiran Nabi Muhammad di bulan Rabiul Awal. (Sumber: Dokumentasi Resmi Maarif Institute)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pernahkah kita bertanya, kenapa sih Nabi Muhammad dilahirkan pada bulan Rabiul Awal dan bukan di bulan-bulan lainnya? Padahal dalam Islam ada bulan-bulan yang istimewa seperti Ramadan dan bulan haji atau Zulhijah? 

Ustaz Ibnu Kharis, Lc atau yang lebih dikenal dengan nama Ustaz Ahong, menjelaskan tentang fenomena di balik kelahiran Nabi Muhammad yang terjadi di bulan Rabiul Awal dan bukan bulan lain.

“Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Rasulullah tidak lahir pada bulan-bulan mulia yang dicatat dalam sejarah umat Muslim, seperti Dzulqa'dah, Dzulhijah, Muharam, Rajab? Imam al-Suyuthi dalam  Husnul Maqashid fi 'Amala al-Maulid menjelaskan hikmah di balik kelahiran Nabi Ini,” tutur Ustaz Ahong kepada KOMPAS TV, Minggu malam (17/10/21).

Dai penerima penghargaan Maarif Award 2020 karena dakwahnya di media sosial itu lantas menjelaskan paling tidak ada empat hikmah yang bisa diambil dari peristiwa kelahiran Nabi di bulan Rabiul Awal, sebagai bahan renungan di malam maulid Nabi Muhammad 1443 H.

“Pertama, Nabi lahir pada hari Senin. Ada sebuah hadis yang menjelaskan bahwa hari Senin itu Allah menciptakan pohon. Hal ini sebagai pertanda bahwa Allah menciptakan bahan makanan, rezeki, buah-buahan dan segala kebaikan yang diberikan kepada manusia sebagai sumber kehidupan mereka,” paparnya.

Yang kedua, lanjut Ustaz Ahong, arti Rabi’ dalam kata Rabiul Awal berarti musim semi.

Baca Juga: Rabiul Awwal 1443 H Jatuh Jumat 8 Oktober 2021, Bulan Istimewa di Kalender Islam

“Konon orang Arab dulu biasa mencari inspirasi di musim semi. Nabi diharapkan menjadi sosok yang menginspirasi semua umat manusia. Ini seperti dikatakan Abdurrahman As-Shaqli,” tambahnya.

Ketiga, lanjut alumnus pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, bulan Rabiul Awal sebagai musim yang paling tenang dan paling nyaman cuacanya.

“Begitu juga syariat Nabi Muhammad sebagai syariat yang paling moderat dan sesuai dengan kondisi apapun,” paparnya.

Sedangkan yang keempat, kata Ustaz Ahong, Allah sebagai zat yang Maha Bijaksana hendak memuliakan bulan kelahiran Nabi. Bulan Nabi adalah Rabiul Awal dan bukan bulan yang lain. 

“Seandainya Nabi lahir di bulan Ramadan misalnya, nanti orang akan beranggapan bahwa kemuliaan Nabi itu karena lahir di bulan mulia,” tutupnya.

Baca Juga: Malam Ini, MUI DKI Imbau Warga Semarakkan Masjid dan Mushola untuk Maulid Nabi Muhammad 1443 H

 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU