> >

Surabaya Zona Hitam Corona, Pemkot Heran Jakarta yang Lebih Banyak Malah Merah

Berita daerah | 3 Juni 2020, 15:32 WIB
Peta sebaran virus corona atau Covid-19 di Jawa Timur. Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir. (Sumber: Screenshot)

SURABAYA, KOMPAS.TV - Kota Surabaya menjadi zona hitam penyebaran virus corona (Covid-19). Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 2.748 kasus hingga Selasa (2/6/2020).

Dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir.

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser mengaku heran dengan warna hitam tersebut.

Baca Juga: Jawa Timur Tertinggi Penambahan Kasus Corona, Surabaya Zona Hitam

Menurutnya, tidak ada indikator ilmiah tentang pelabelan zona hitam untuk Kota Surabaya.

"Pertanyaan saya, Jakarta yang angkanya di atas Surabaya, ada enggak warnanya hitam? Itu pertanyaan saya, ini yang tadi didiskusikan," kata Fikser dikutip dari Kompas.com, Rabu (3/6/2020).

Pemprov Diminta Beri Penjelasan

Fikser mengingatkan, pemberian warna tak bisa dilakukan sesuka hati. Hal itu harus berdasarkan landasan keilmuan yang pasti.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur pun diminta menjelaskan makna warna dalam peta penyebaran Covid-19 tersebut.

Fikser menyebut DKI Jakarta saja tak memasang warna hitam, namun masih warna merah dalam peta penyebaran Covid-19 mereka.

"Ini yang bikin kita jadi bertanya, kenapa Surabaya dikasih itu (warna hitam). Seharusnya dikasih alasan-alasan di Provinsi Jatim," ujar dia.

Fikser menyayangkan penetapan warna hitam dalam peta penyebaran Covid-19. Padahal, Pemkot Surabaya terus bekerja untuk menekan dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Kita ini bekerja dan kerja kita ini betul-betul bisa dilihat. Jadi kalau kita sih, kita menyayangkan warna hitam itu karena secara keilmuan tidak dijelaskan," kata dia.

Fikser mengaku tak tahu alasan Pemprov Jatim memberikan warna tersebut.

"Kan yang kasih warna ini Pemprov Jatim, kalau ditanyakan ke kami, kami enggak bisa ngomong, karena bukan kami yang bikin. Mereka yang menentukan," jelas Fikser.

Dia pun bertanya warna apa yang akan diberikan Pemprov Jatim kepada Surabaya setelah hitam.

"Nanti setelah warna hitam, dikasih warna apalagi? Kita hanya ingin membuka tabir pandemi ini dengan cara rapid test dan swab, lalu dipisahkan, diberikan penyembuhan di semua titik," jelas dia.

Baca Juga: Jadi Perhatian Khusus, 127 Anak di Surabaya Tertular Virus Corona

Beda dengan Menkes dan Kepala BNPB

Fikser menyebut bahwa penetapan Surabaya sebagai zona hitam bertolak belakang dengan penjelasan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

Dalam kunjungannya kemarin, Terawan kagum dengan cara Pemkot Surabaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Selain rapid test massal, Pemkot Surabaya juga memisahkan dan memetakan warga yang positif dan negatif Covid-19.

Sementara Doni Monardo menilai, peningkatan kasus positif di Surabaya terjadi karena kerja keras mengambil sampel cairan tenggorokan pasien dari berbagai wilayah.

"Itu kan sudah dijelaskan sama Pak Menteri, ini Menteri Kesehatan yang ngomong. Tiba-tiba Surabaya diberi zona hitam. Berarti Pak Menteri ngomongnya keliru dong. Ini yang membuat kita bingung," kata Fikser.

Pemkot Surabaya terus melakukan rapid test dan tes swab massal di beberapa tempat atau wilayah yang diduga berpotensi menjadi sumber penularan virus corona.

Dengan cara itu, pihaknya bisa mengetahui jumlah hasil rapid test dan tes swab yang sudah dilakukan. 

Sehingga, Pemkot Surabaya tahu wilayah mana yang harus diprioritaskan dalam penanganan Covid-19.

"Kita tahu mana yang harus kita fokuskan, ada peta penanganan yang jelas dan kita sudah tahu sasarannya siapa mereka yang harus kita perhatikan. Nah, di situlah fokus pemerintah untuk melakukan penyembuhan-penyembuhan itu," kata Fikser.

Baca Juga: Jawa Timur 5.135 Kasus Positif Corona, Surabaya Zona Hitam

Alasan Peningkatan Kasus

Fikser mengungkapkan, peningkataan kasus positif Covid-19 terjadi karena pelacakan dan pengambilan sampel yang terus dilakukan secara massif sampai saat ini.

Deteksi dini penyebaran virus corona baru atau Covid-19 diutamakan untuk memudahkan penanganan Covid-19.

"Karena kita ingin buka semua di bawah. Semua itu kita ingin selesai. Karena kita bisa tahu orang itu terjangkit setelah dilakukan rapid test sebagai deteksi dini dan swab sebagai penentu," ujar Fikser.

Fikser mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang bekerja keras di lapangan untuk menangani Covid-19 di Surabaya. Ia mengajak masyarakat dan seluruh unsur terkait berjuang sesuai fungsi masing-masing.

Surabaya Zona Hitam

Sebelumnya diberitakan, dalam peta sebaran Covid-19 di Jawa Timur, Kota Surabaya terlihat berwarna hitam sejak empat hari terakhir.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi mengatakan, warna hitam menunjukkan kasus Covid-19 di daerah tersebut lebih dari 1.025 kasus.

"Semakin banyak catatan kasusnya, warna di peta sebaran akan semakin pekat hingga berwarna hitam," ujar Joni di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (2/6/2020).

Hingga Selasa malam, kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 2.748 kasus.

Baca Juga: Respons Khofifah Usai Risma Marah-Marah karena 2 Mobil PCR Batal ke Surabaya

 

Penulis : fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU