> >

UMKM yang Bangkit dan Wisata yang Tertatih akibat Pandemi di Pedukuhan Kemuning Gunungkidul

Sosial | 17 September 2022, 06:24 WIB
Memasukkan rempah ke kantung. Pandemi bukan menjadi alasan untuk sebagian warga Pedukuhan Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, bahkan pemicu untuk bangkit bersama. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV  - Pandemi bukan alasan bagi sebagian warga Pedukuhan Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, untuk menyerah, tetapi justru menjadi pemicu untuk bangkit bersama.

Siang itu, Jumat (16/9/2022), Suhardi, kepala Pedukuhan Kemuning, duduk bersama tiga rekannya di bangunan semacam pos di depan rumahnya.

Sementara, sang istri, Siti Romlah, bersama seorang perempuan lain tengah memasukkan potongan rempah-rempah, termasuk kayu secang dan potongan jahe, ke dalam kantung celup berukuran kecil.

Campuran beberapa rempah tersebut dinamai Secang Kemuning, sesuai dengan nama pedukuhan tempat produksinya.

Secang Kemuning yang terdiri dari potongan kayu secang, serai, jahe, dan kapulaga ini dipercaya memiiki sejumlah khasiat untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh.

Sebagian bahan rempah itu merupakan hasil bumi dari Pedukuhan Kemuning, termasuk kayu secang yang banyak tumbuh hingga ke pinggir hutan di kawasan itu.

Jemari tangan kanan Romlah lincah menyendok beberapa jenis rempah itu, kemudian memasukkannya ke dalam kantung celup.

“Ini terbuat dari kayu secang, yang tumbuh liar di daerah sini, kemudian dicampur cengkeh, kapulogo, serai, dan jahe," kata Suhardi.

Berbeda dengan sebagian usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lain yang harus tertatih akibat serangan pandemi Covid-19, produk UMKM Pedukuhan Kemuning justru laris.

Banyak orang yang meyakini khasiat atau manfaat dari rempah-rempah itu dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

“Pandemi kemarin, untuk UMKM-nya, khususnya Secang Kemuning, pasaran kita bagus, melalui online itu.”

Awalnya, pengemasan minuman rempah buatan warga Pedukuhan Kemuning tersebut hanya menggunakan kantung plastik biasa.

Namun, kata Suhardi, pihaknya kemudian mengubah kemasan menjadi lebih menarik dan praktis diseduh.

Saat ini, pesanan Secang Kemuning sudah merambah sejumlah kota di Indonesia, bahkan hingga ke luar Pulau Jawa, seperti Sumatera, Bali, dan Kalimantan.

Kata Suhardi, sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA), UMKM di Pedukuhan Kemuning memiliki jaringan dengan kampung binaan lainnya, yang ada di hampir seluruh willayah Indonesia.

Kebersamaan dan saling bantu di antara kampung itu menjadi salah satu faktor luasnya jangkauan pemasaran produk UMKM Pedukuhan Kemuning.

“Pengirimannya kita pertama di wilayah Jogja sendiri, tapi di luar Jogja juga banyak, Jakarta, Sumatera, Bali, Kalimantan, karena kita memang channel-nya banyak, dari Kampung Berseri Astra.”

“Jadi kita saling join UMKM dengan Kampung Berseri Astra di daerah-daerah lain,” lanjutnya.

Suhardi menuturkan, dulunya minuman rempah seperti secang merupakan minuman para bangsawan.

Secang Kemuning dikemas dalam dua jenis, yakni basah dan kering.

Untuk Secang Kemuning basah biasanya disajikan pada tamu atau wisatawan yang datang ke tempat itu.

Sementara yang berbentuk kering, dikemas seperti teh celup, sehingga lebih tahan lama saat dikirim hingga ke luar pulau.

Saat ini, sudah ada beberapa warga yang diberdayakan untuk turut memproduksi dan memasarkan minuman rempah tersebut.

Tapi, jumlahnya masih terbatas. Sebab, saat ini pihaknya hanya memasarkan minuman itu secara daring atau online, sehingga belum membutuhkan banyak tenaga.

“Karena memang kita juga menjualnya online, jadi sebatas pesanan kita memang menyanggupi. Tapi kalau pesanan banyak, tetap memberdayakan warga lain.”

Selain memberdayakan warga dengan produk UMKM tersebut, program lain yang juga melibatkan masyarakat adalah bank sampah.

Pedukuhan Kemuning memiliki bank sampah bernama Maju Sejahtera, yang merupakan pilar lingkungan dari KBA .

Pengelolaan bank sampah tersebut melibatkan warga dan kader kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Dukuh Kemuning.

Pada waktu-waktu tertentu, sejumlah kader akan datang ke bank sampah yang berlokasi di samping rumah Suhardi.

Pihak pedukuhan memiliki program yang mewajibkan seluruh keluarga di daerah itu mengumpulkan sampah rumah tangganya.

“Kita kasih tempat sampah berupa karung, mereka mengumpulkan sampah khususnya nonorganik,” tutur Suhardi.

Bank sampah yang terbentuk pada 29 Agustus 2018 tersebut pun merupakan salah satu program untuk pilar lingkungan.

Pelatihan dan bantuan pun diberikan untuk memaksimalkan keberadaan bank sampah tersebut, seperti  sepatu safety, sarung tangan, dan lain-lain.

Para kader berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mengumpulkan sampah rumah tangga, kemudian memilah dan memilihnya di lokasi bank sampah.

“Setiap dua minggu sekali para kader mengambil ke rumah-rumah, kemudian sampai di sini dipilih. Yang bisa untuk kerajinan ya dibuat kerajinan, yang bisa dijual ya dijual.”

Seorang warga memilah sampah di Bank Sampah Maju Sejahtera, Pedukuhan Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Jumat (16/9/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Suhardi menjelaskan, bank sampah di pedukuhan itu sudah beberapa kali menjuarai perlombaan, dan pada 20 September 2022 mendatang, akan kembali mengikuti lomba tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Kami mewakili Kabupaten Guungkidul. Kita juga dapat pendampingan dari CSR Astra, jadi bukan hanya dikasih bantuan. Jadi memang didampingi dan dibina juga.”

Uang hasil penjualan dari bank sampah nantinya kembali ke warga, termasuk digunakan untuk memberi makanan tambahan saat posyandu lansia atau posyandu balita, yang merupakan pilar sektor kesehatan.

Saat ini, posyandu Pedukuhan Kemuning sudah berstatus Posyandu Mandiri, yakni posyandu yang melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau lebih, serta pendanaan dilakukan secara swadaya.

“Kampung Berseri Astra ini manfaatnya sangat banyak. Kan ada empat pilar, dari pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan,” tambah Suhardi.

Di bidang pendidikan, lanjut Suhardi, sejak tahun 2018, penyaluran CSR dilakukan dengan pemberian beasiswa kepada seluruh siswa SD hingga mahasiswa di Pedukuhan Kemuning.

Saat ini, kata dia, total anak-anak warga yang menerima beasiswa tersebut sebanyak 43 anak, yakni enam mahasiswa, 12 anak tingkat SMA, dan sisanya tingkat SD dan SMP.

“Semua anak sekolah sampai kuliah, mereka setiap semester ada beasiswanya sendiri, untuk seluruh anak warga Dusun Kemuning.”

Ditambahkan Suhardi, beasiswa yang disalurkan kepada siswa dan siswi di pedukuhan itu juga turut meningkatkan semangat belajar anak.

Mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

Beberapa pejalan kaki, dan pengendara sepeda motor sesekali melintas di depan rumah Suhardi. Ada yang melintas menuju ke arah Telaga Kemuning.

Telaga Kemuning terletak hanya beberapa ratus meter dari rumah Suhardi, dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata yang tengah dikembangkan.

Telaga itu tidak pernah kering meski kemarau berkepanjangan. Di sekeliling telaga tumbuh pepohonan rimbun yang menyejukkan.

Suasana di sekitar telaga tak jauh beda dengan kondisi di perkampungan, sunyi dan tenang. Beberapa perahu kayu terlihat bersandar di tepi telaga, Jumat siang itu.

Pengelolaan wisata Telaga Kemuning dilakukan oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis), dengan beragam kegiatan, termasuk paket wisata, outbound, paket percontohan dan beberapa paket lain.

Oase Gunung Sewu Kemuning, begitu nama yang diberikan untuk objek wisata di Telaga Kemuning, yang menggunakan pemandu dan pelaku paket wisata dari warga setempat.

Namun, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi, aktivitas pariwisata otomatis menurun drastis.

“Rata-rata kita turun karena menyesuaikan tingkat pengunjung, dan memang ada larangan rekreasi. Bangkit lagi mulai awal 2022, tapi dengan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability), penerapan prokes juga ketat.”

Setelah ada pelonggaran-pelonggaran kegiatan, perlahan pengelola mulai menata kembali paket-paket wisata.

Sebelumnya, keberadaan Telaga Kemuning sebagai destinasi wisata pun mendapatkan respons positif dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyebut potensi Telaga Kemuning perlu diangkat.

Terlebih saat ini sudah semakin banyak fasilitas pendukung yang ada di lokasi tersebut, sehingga sudah cukup layak difungsikan sebagai tempat wisata.

Ia juga membuka kesempatan untuk perguruan-perguruan tinggi yang ingin berkontribusi untuk mengembangkan potensi wisata di daerah itu.

“Kami terbuka dan mempersilakan perguruan tinggi yang ingin berkontribusi untuk mengembangkan Gunungkidul,” ucapnya pada 2 Desember 2021, dikutip dari Antara.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU