> >

UMKM yang Bangkit dan Wisata yang Tertatih akibat Pandemi di Pedukuhan Kemuning Gunungkidul

Sosial | 17 September 2022, 06:24 WIB
Memasukkan rempah ke kantung. Pandemi bukan menjadi alasan untuk sebagian warga Pedukuhan Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, bahkan pemicu untuk bangkit bersama. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Pihak pedukuhan memiliki program yang mewajibkan seluruh keluarga di daerah itu mengumpulkan sampah rumah tangganya.

“Kita kasih tempat sampah berupa karung, mereka mengumpulkan sampah khususnya nonorganik,” tutur Suhardi.

Bank sampah yang terbentuk pada 29 Agustus 2018 tersebut pun merupakan salah satu program untuk pilar lingkungan.

Pelatihan dan bantuan pun diberikan untuk memaksimalkan keberadaan bank sampah tersebut, seperti  sepatu safety, sarung tangan, dan lain-lain.

Para kader berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mengumpulkan sampah rumah tangga, kemudian memilah dan memilihnya di lokasi bank sampah.

“Setiap dua minggu sekali para kader mengambil ke rumah-rumah, kemudian sampai di sini dipilih. Yang bisa untuk kerajinan ya dibuat kerajinan, yang bisa dijual ya dijual.”

Seorang warga memilah sampah di Bank Sampah Maju Sejahtera, Pedukuhan Kemuning, Desa Bunder, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Jumat (16/9/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Suhardi menjelaskan, bank sampah di pedukuhan itu sudah beberapa kali menjuarai perlombaan, dan pada 20 September 2022 mendatang, akan kembali mengikuti lomba tingkat provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Kami mewakili Kabupaten Guungkidul. Kita juga dapat pendampingan dari CSR Astra, jadi bukan hanya dikasih bantuan. Jadi memang didampingi dan dibina juga.”

Uang hasil penjualan dari bank sampah nantinya kembali ke warga, termasuk digunakan untuk memberi makanan tambahan saat posyandu lansia atau posyandu balita, yang merupakan pilar sektor kesehatan.

Saat ini, posyandu Pedukuhan Kemuning sudah berstatus Posyandu Mandiri, yakni posyandu yang melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau lebih, serta pendanaan dilakukan secara swadaya.

“Kampung Berseri Astra ini manfaatnya sangat banyak. Kan ada empat pilar, dari pendidikan, kewirausahaan, lingkungan, dan kesehatan,” tambah Suhardi.

Di bidang pendidikan, lanjut Suhardi, sejak tahun 2018, penyaluran CSR dilakukan dengan pemberian beasiswa kepada seluruh siswa SD hingga mahasiswa di Pedukuhan Kemuning.

Saat ini, kata dia, total anak-anak warga yang menerima beasiswa tersebut sebanyak 43 anak, yakni enam mahasiswa, 12 anak tingkat SMA, dan sisanya tingkat SD dan SMP.

“Semua anak sekolah sampai kuliah, mereka setiap semester ada beasiswanya sendiri, untuk seluruh anak warga Dusun Kemuning.”

Ditambahkan Suhardi, beasiswa yang disalurkan kepada siswa dan siswi di pedukuhan itu juga turut meningkatkan semangat belajar anak.

Mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, untuk menuntut ilmu setinggi mungkin.

Beberapa pejalan kaki, dan pengendara sepeda motor sesekali melintas di depan rumah Suhardi. Ada yang melintas menuju ke arah Telaga Kemuning.

Telaga Kemuning terletak hanya beberapa ratus meter dari rumah Suhardi, dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata yang tengah dikembangkan.

Telaga itu tidak pernah kering meski kemarau berkepanjangan. Di sekeliling telaga tumbuh pepohonan rimbun yang menyejukkan.

Suasana di sekitar telaga tak jauh beda dengan kondisi di perkampungan, sunyi dan tenang. Beberapa perahu kayu terlihat bersandar di tepi telaga, Jumat siang itu.

Pengelolaan wisata Telaga Kemuning dilakukan oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis), dengan beragam kegiatan, termasuk paket wisata, outbound, paket percontohan dan beberapa paket lain.

Oase Gunung Sewu Kemuning, begitu nama yang diberikan untuk objek wisata di Telaga Kemuning, yang menggunakan pemandu dan pelaku paket wisata dari warga setempat.

Namun, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi, aktivitas pariwisata otomatis menurun drastis.

“Rata-rata kita turun karena menyesuaikan tingkat pengunjung, dan memang ada larangan rekreasi. Bangkit lagi mulai awal 2022, tapi dengan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability), penerapan prokes juga ketat.”

Setelah ada pelonggaran-pelonggaran kegiatan, perlahan pengelola mulai menata kembali paket-paket wisata.

Sebelumnya, keberadaan Telaga Kemuning sebagai destinasi wisata pun mendapatkan respons positif dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyebut potensi Telaga Kemuning perlu diangkat.

Terlebih saat ini sudah semakin banyak fasilitas pendukung yang ada di lokasi tersebut, sehingga sudah cukup layak difungsikan sebagai tempat wisata.

Ia juga membuka kesempatan untuk perguruan-perguruan tinggi yang ingin berkontribusi untuk mengembangkan potensi wisata di daerah itu.

“Kami terbuka dan mempersilakan perguruan tinggi yang ingin berkontribusi untuk mengembangkan Gunungkidul,” ucapnya pada 2 Desember 2021, dikutip dari Antara.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU