> >

Jembatan Peneleh, Saksi Bisu Cinta Pertama Soekarno pada Oetari

Budaya | 9 Juni 2022, 13:24 WIB
Mensos Risma di atas Jembatan Peneleh Surabaya (Sumber:Antara-)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Penggagas Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo menyebut Jembatan Peneleh, di Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi saksi Soekarno muda saat menyatakan cinta kepada istri pertamanya, Siti Oetari, putri pahlawan HOS Tjokroaminoto.

"Di atas Jembatan Peneleh, Bung Karno menyatakan cintanya kepada Oetari karena memandang Pak Tjokro galau setelah istrinya meninggal," katanya saat memperingati Juni Bulan Bakti Bung Karno atau Hari Kelahiran Presiden RI pertama Soekarno di Surabaya, Kamis (9/6/2022).

Menurut Kuncarsono, Kota Subaraya memiliki arti penting bagi Soekarno. Sebab di kota pahlawan inilah, sang proklamator dilahirkan, menimba gagasan, sekaligus pertama kali belajar Islam.

Selain lahir pada 6 Juni 1901 di Jalan Pandean IV No 40 Surabaya, Bung Karno untuk pertama kalinya menikah dan bekerja di Kota Pahlawan itu.

Sejarah itu, kata dia, berdasarkan catatan histori buku yang ditulis oleh Cindy Adams dengan judul " Penyambung Lidah Rakyat Indonesia". Buku tersebut juga menjadi tanda sekaligus bukti, bahwa Putra Sang Fajar dilahirkan di Jalan Pandean IV No 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng Kota Surabaya.

Baca Juga: Hari Ini Soekarno 121 Tahun, Putra Sang Fajar Itu Pernah Berpesan: Hey, Jangan Gontok-Gontokan!

"Catatan pertama, Bung Karno lahir di Pandean Surabaya. Namun saat itu, hanya enam bulan Bung Karno tinggal di Surabaya, yakni sejak lahir 6 Juni sampai 28 Desember 1901," katanya.

Ia mengatakan saat baru berusia enam bulan itu, Raden Soekemi Sosrodihardjo atau ayah Bung Karno mendapatkan surat keputusan (SK) mutasi ke Ploso, Kabupaten Jombang sebagai guru. Otomatis "Putra Sang Fajar" pun diboyong ayahnya untuk tinggal bersama di Jombang.

"Baru usia 6 bulan Bung Karno lahir, lalu pindah ke Jombang. Nah, saat usianya menginjak 4 tahun, Bung Karno kemudian dibawa kakeknya ke Tulungagung, karena sakit-sakitan," katanya.

Namun, ketika usianya memasuki 7 tahun, ayah Bung Karno harus pindah tugas ke Mojokerto. Tentu saja Bung Karno kecil turut serta dan menempuh pendidikan sekolah di sana. Setelah lulus sekolah di Mojokerto, sang proklamator kembali pindah ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan di Hoogere Burgerschool (HBS), yakni sekolah untuk bumiputera yang berdiri pada zaman penjajahan Belanda.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU