> >

12 Indikator UNESCO untuk Komunitas Siaga Tsunami, Tanjung Benoa jadi yang Pertama di Indonesia

Berita daerah | 29 Mei 2022, 08:30 WIB
Peresmian Komunitas Siaga Tsunami internasional UNESCO-IOC, atau Tsunami Ready Community di Kelurahan Tanjung Benoa, Badung, Bali, Sabtu (28/5/2022). (Sumber: Kompas.tv/Ant/HO-BMKG)

BALI, KOMPAS.TV - Komisi Oseanografi Antar-Pemerintah (IOC) Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) bersama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menetapkan Desa Tanjung Benoa di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali sebagai Komunitas Siaga Bencana Tsunami (Tsunami Ready Community).

Peresmian tersebut dilakukan dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 di Bali, Sabtu (28/5/2022).

Melansir dari laman resmi UNESCO-IOC, program Siaga Tsunami (Tsunami Ready) merupakan penghargaan serta pengakuan atas masyarakat yang telah menjalankan langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi resiko tsunami.

"Tanjung Benoa ini adalah komunitas di Indonesia yang pertama kali mendapatkan pengakuan internasional UNESCO-IOC sebagai Komunitas Siaga Tsunami," kata Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia, Dwikorita Karnawati, Sabtu (28/5).

Baca Juga: Berwisata ke Tanjung Benoa Sambil Mengenal Penyu dan Ekosistemnya di Pulau Penyu

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, program Tsunami Ready merupakan program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.

Melansir dari laman resmi UNESCO-IOC, indikator-indikator tersebut terbagi ke dalam tiga kriteria, yakni Assessment (Penilaian), Preparedness (Kesiapsiagaan), dan Response (Respons). 

Kriteria Penilaian yang harus dipenuhi Komunitas Siaga Bencana Tsunami di antaranya memiliki data tentang peta zona bahaya tsunami, jumlah penduduk di zona bahaya tsunami, serta sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, politik, dan sosial.

Komunitas Siaga Bencana Tsunami juga perlu memenuhi kriteria Kesiapsiagaan yang terdiri dari adanya peta-peta evakuasi yang mudah dipahami masyarakat dan adanya informasi tentang tsunami (termasuk rambu-rambunya) yang mudah dilihat publik.

Kemudian, harus ada sumber-sumber edukasi dan kesadaran publik (public awareness) yang tersedia dan terdistribusi.

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU