> >

Cegah Utang Baru, Pakar Keuangan UGM Berbagi Tips Atur Pengeluaran Mudik

Berita daerah | 21 April 2022, 16:58 WIB
Ilustrasi mudik. Pengeluaran seseorang lebih besar saat musim mudik Lebaran ketimbang pendapatan dalam satu bulan.(Sumber: Shutterstock)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Mudik menjadi tradisi masyarakat Indonesia saat Lebaran. Namun, tidak dipungkiri tradisi mudik kerap menguras kantong dan tabungan supaya bisa memeriahkan Lebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Menurut pakar perencanaan keuangan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UGM  Eddy Junarsin, biasanya pengeluaran seseorang lebih besar saat musim mudik Lebaran ketimbang pendapatan dalam satu bulan. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah sebab pengeluaran bisa ditutup dari hasil pemasukan selama 11 bulan lainnya.

Ia mencontohkan, ada bulan-bulan tertentu seperti Lebaran dan anak masuk sekolah yang mengakibatkan pengeluaran lebih besar dari pendapatan sehingga terjadi defisit.

Baca Juga: Ratusan Penumpang Mudik Lebih Awal Untuk Hindari Penumpukan

“Untuk mengelola perencanaan keuangan perlu proteksi keuangan, proteksi kekayaan, dan distribusi kekayaan,” ujarnya, Kamis (21/4/2022).

Kendati demikian, ia tidak menampik dalam praktik tiga pilar ini tidak mudah sebab harus menyesuaikan kondisi keuangan masing-masing.

Ia menjelaskan untuk proteksi keuangan berarti seseorang memiliki cukup uang untuk memenuhi pengeluaran bulanan. Oleh karena itu, minimal 10 persen dari total pendapatan setiap bulannya sebaiknya ditabung.

“Uang yang ditabung selain bisa dijadikan dana simpanan namun juga bisa diperuntukkan bagi kegiatan investasi. Bahkan dana tabungan itu dijadikan untuk menutupi pengeluaran selama mudik,” ucapnya.

Sementara untuk utang, Eddy menyebutkan rasio utang yang sehat itu persentase maksimal 35 persen dari total pendapatan, sedangkan sisanya untuk pengeluaran rutin.

Baca Juga: PT KAI Divre I Sumut Sebut Penjualan Tiket untuk Mudik Masih Rendah

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU