> >

Kian Memprihatinkan, Berikut Perkembangan Kasus Covid-19 di Jakarta Sepekan Terakhir

Update corona | 22 Januari 2022, 07:33 WIB
Ilustrasi. Dalam satu pekan terakhir, perkembangan kasus Covid-19 di DKI Jakarta semakin mengkhawatirkan. Mulai dari kasus Omicron yang telah melampaui angka 1.000, hingga adanya ancaman gelombang ketiga pandemi Covid-19. (Sumber: Getty Images/loops7)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Perkembangan kasus Covid-19 di DKI Jakarta semakin menimbulkan keprihatinan dan kewaspadaan dalam satu pekan terakhir ini.

Hal tersebut dapat dilihat dari angka penularannya yang terus meningkat, terlebih jumlah kasus baru akibat infeksi virus Corona varian Omicron.

Situasi tersebut kian mempersulit posisi Ibu Kota yang tengah memulai pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Ancaman terjadinya gelombang ketiga pandemi Covid-19 pun muncul karena lonjakan kasus begitu signifikan.

Untuk lebih jelasnya, KOMPAS TV meringkas perkembangan kondisi pandemi Covid-19 di Jakarta selama sepekan terakhir.

Baca Juga: Duh, Kasus Omicron di Jakarta Tembus 1.000, 280 Transmisi Lokal

1. Telah ada 1.000 lebih kasus Omicron di Jakarta

Per Kamis (20/1/2022), jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di Jakarta telah mencapai angka 1.027 orang.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, jumlah pasien itu terdiri atas pelaku perjalanan luar negeri dan transmisi lokal.

Dengan rincian, dari 1.027 orang yang terinfeksi Covid-19 varian Omicron, 747 orang di antaranya merupakan pelaku perjalanan luar negeri dan 280 lainnya transmisi lokal.

"(Karenanya) kami mengimbau agar masyarakat juga mewaspadai penularan virus Corona varian Omicron yang kini juga meningkat di Jakarta," ujar Dwi dalam keterangan tertulis, Jumat (21/1/2022).

Adapun, hingga Jumat kemarin, secara keseluruhan sudah ada 5.642 kasus aktif Covid-19 di Jakarta atau naik sebesar 718 orang.

Sehingga, positivity rate atau persentase kasus positif di Jakarta dalam sepekan terakhir ini berada di angka 4,4 persen.

Angka tersebut sudah semakin dekat dengan batas aman yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar lima persen.

Baca Juga: Covid-19 Naik, Luhut: Teater Perang Sedang Terjadi di Jabodetabek, Segera Percepat Vaksin Booster

2. Wisma Atlet mulai kebanjiran pasien

Seiring situasi pandemi di Ibu Kota yang menunjukan peningkatan, jumlah pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, pun terus mengalami kenaikan.

Sampai Jumat kemarin, Wisma Atlet telah menampung sebanyak 2.687 pasien Covid-19, bertambah 51 pasien dibandingkan hari sebelumnya.

Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Koloner dr Mintoro Sumego menungkapkan, jumlah pasien itu terpantau melonjak drastis dari Desember lalu yang hanya berjumlah 112 orang.

Selain itu, Mintoro menambahkan, sebagian besar pasien di Wisma Atlet saat ini merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang dinyatakan positif Covid-19 setibanya di Indonesia.

"(Dari total pasien Covid-19 di Wisma Atlet) 83 persen di antaranya adalah PPLN," terang Mintoro.

Maka dari itu, untuk mengantisipasi lonjakan pasien, pengelola Wisma Atlet sudah menyiapkan satu tower sebagai tambahan ruang isolasi.

Di samping itu, pihak Wisma Atlet juga telah mengajukan penambahan tenaga kesehatan (nakes) kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Kami sudah minta lagi ke Kementerian Kesehatan. Jadi ketika sudah 3.000 pasien, nakesnya sudah tersedia," tutur Mintoro.

Baca Juga: Daftar Sebaran Kasus Omicron di Jakarta, Ditemukan di 34 Kecamatan

3. Klaster sekolah mulai bermunculan

Akibat lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di tengah penerapan PTM 100 persen, kini di Jakarta mulai bermunculan sejumlah klaster penularan dari sekolah.

Hingga Selasa (18/1/2022), terdapat 43 sekolah yang ditutup sementara karena ada temuan kasus positif.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria pun menyebutkan, rincian kasus Covid-19 dari 43 klaster sekolah itu meliputi 67 peserta didik, tiga tenaga kependidikan, dan dua pendidik.

Namun, Riza menjelaskan, temuan kasus Covid-19 di tiap sekolah itu rata-rata hanya mencapai 1-2 orang.

Oleh sebab itu, proses belajar tatap muka tetap bisa berjalan, mengingat bukan PTM 100 persen yang menyebabkan penularan virus Corona itu.

"Itu artinya penularan tidak terjadi di sekolah, (bisa saja) di rumah atau perjalanan," sebut Riza.

Sampai detik ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta belum berencana menghentikan PTM 100 persen karena status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) masih di bawah Level 3.

Baca Juga: Muncul Wacana Ganjil Genap Ditiadakan di DKI Jakarta karena Omicron Naik, Ini Kata Polisi

4. Ancaman gelombang ketiga pandemi Covid-19

Sebelumnya, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan, kini Jakarta mesti mulai waspada terhadap ancaman gelombang ketiga pandemi Covid-19.

Menurut Miko, dengan melihat lonjakan kasus yang terjadi saat ini, bukan tidak mungkin gelombang ketiga pandemi Covid-19 akan terjadi di awal tahun 2022.

Apalagi penularan virus corona varian Omicron yang terjadi begitu pesat belakangan ini dapat menjadi pemicu gelombang ketiga itu.

"Tanpa Omicron pun ada (potensi gelombang ketiga). Apalagi dengan Omicron," Miko pada Senin (10/1/2022) pekan lalu, dikutip dari Kompas.com.

Miko memprediksi, ada kemungkinan akan terdapat 5.000 kasus harian di Indonesia saat gelombang ketiga pandemi Covid-19 terjadi.

Dari angka tersebut, sepertiganya atau sekitar 1.500-2.000 kasus per hari, dapat berasal dari Jakarta.

Miko menyebut, prediksi itu dapat menjadi kenyataan apabila pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta tidak mengambil langkah tegas untuk menekan penularan virus Corona.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas.com


TERBARU