> >

Puluhan Celeng di Sumatera Barat Mati Mendadak, Akibat Flu Babi Afrika?

Peristiwa | 4 Desember 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi babi mati mendadak. (Sumber: TribunJakarta)

AGAM, KOMPAS.TV - Puluhan ekor celeng atau babi liar mati mendadak diduga akibat African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada awal November 2021.

Salah seorang warga Maua Hilia bernama Peli (40) mengaku menemukan puluhan babi liar itu sudah mati di kebunnya.

"Babi itu saya temukan dalam kondisi membusuk di beberapa lokasi satu bulan lalu," ujarnya di Lubuk Basung, Sabtu (4/12/2021), dikutip dari Antara.

Baca Juga: Terungkap, Korban Pencabulan pada Anak di Kota Padang Bertambah, Darurat Kejahatan Seksual?

Ia menuturkan, penemuan babi-babi liar itu terjadi saat membersihkan kebun. Ketika itu, ia mencium bau tidak sedap dan mencari asalnya.

Laki-laki itu pun menemukan tiga ekor bangkai babi. Setelah itu, ia kembali menemukan bangkai babi liar di lokasi lain di kebun dan sawah miliknya.

"Saya menemukan bangkai babi di beberapa lokasi dengan jumlah 15 ekor," katanya.

Ia mengaku kaget menemukan begitu banyak jumlah babi yang mati. Sebab itu, ia ragu babi-babi liar itu mati karena perburuan.

"Kalau ada orang yang berburu, maka babi yang mati hanya satu sampai dua ekor dan bangkai itu pasti terluka. Sementara bangkai babi yang saya temukan tidak ada yang terluka," ucapnya.

Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam saat ini tengah mengumpulkan data terkait kejadian yang telah sudah berlangsung satu bulan lalu itu. 

"Kondisi bangkai babi sudah rusak dan kami sedang melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya," ujar Ade Putra, Kepala Resor KSDA Agam.

Sementara, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam Farid Muslim mengatakan, belum bisa memastikan penyebab kematian babi-babi liar itu.

Baca Juga: Siap Laksanakan PPKM Level 3, Pemprov Sumatera Utara Sediakan Isolasi Khusus bagi Pelanggar

Menurutnya,perlu uji laboratorium terhadap sampel organ tubuh babi tersebut untuk mengonfirmasi paparan virus ASF.

"Kita belum dapat memastikan apakah babi terpapar ASF," katanya.

Perlu diketahui, tanda-tanda klinis ASF berupa kemerahan di bagian perut, dada, scrotum, diare berdarah, kejang-kejang, muntah dan kemerahan pada telinga, demam (41 derajat celsius).

ASF dapat menyebar pada manusia melalui kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan lainnya.

Gejala flu babi Afrika pada manusia dapat berupa demam, kelelahan, pegal-pegal, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat, mata merah berair, sakit tenggorokan, ruam kulit, diare, batuk hingga sesak napas.

Sebelumnya, warga Kabupaten Pasaman Barat juga melaporkan puluhan babi mati secara mendadak pada 2020.

Pada 2019, Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia dalam siaga satu menghadapi virus flu babi ini. 

Baca Juga: Update Erupsi Gunung Semeru: Lumajang Mati Listrik, 1 Orang Meninggal dan 10 Luka-Luka

 

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Antara


TERBARU