> >

Haji Lulung Tolak Nama Kemal Ataturk, Usul Ganti Jadi Turki Usmani sebagai Jalan di Jakarta

Update | 21 Oktober 2021, 12:08 WIB
Haji Lulung usul wacana ganti nama jalan Ataturk jadi jalan Turki Usmani (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Badan Musyawarah (Bamus) Betawi, Abraham Lunggana atau yang biasa disapa Haji Lulung, mengusulkan wacana pemberian nama Turki Usmani sebagai ganti nama alternatif dalam polemik pemberian nama Ataturk sebagai nama jalan di Menteng, DKI Jakarta.

Hal itu lantaran, kata Haji Lulung, Turki Usmani lebih bersejarah dibandingkan nama-nama lain, apalagi pemilihan Mustafa Kemal Pasha yang kontroversial dalam sejarah.

"Saya kira, kenapa tidak Turki Utsmani saja, kan banyak juga nama tempat atau daerah jadi nama jalan di Jakarta. Sebagai simbol peradaban Islam terakhir di dunia, penamaan Turki Utsmani akan menjadi doa dan inspirasi bagi generasi ke depan," tuturnya sebagaimana dikutip Antara, Kamis (21/10/21).

Lalu, apa yang membuat haji lulung menolak Kemal Ataturk?

Menurut Haji Lulung, Mustafa Kemal Ataturk adalah nama kontroversial yang mengusung sekulerisme. Apalagi, menurutnya, Ataturk mengubah Turki jadi negara sekuler dan membuat kesultanan Turki Usmani runtuh.

"Dia adalah seorang tokoh sekuler sehingga tidak layak namanya dijadikan nama jalan di sini," ujarnya.

Haji Lulung yang juga ketua DPW partai PPP DKI Jakarta mendukung pemerintah untuk mengganti rencana nama jalan DKI itu.

Baca Juga: Nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta Belum Pasti Kok, Pemerintah Turki yang Putuskan

Ia juga meminta, pemerintah tidak sembarangan memberi nama jalan di DKI, hal  ini terkait dengan sejarah dan juga geografis. Sebab jika pemberian nama ini dipaksakan, ia menilai akan mencederai umat Islam di Indonesia.

"Kami sepenuhnya mendukung tukar guling usulan nama yang semangatnya adalah untuk menguatkan hubungan bilateral Indonesia-Turki," ucapnya. 

Haji Lulung juga mengapresiasi kerja sama bilateral Indonesia dan Turki, tapi ia juga meminta untuk memahami realitas masyarakat, khususnya Betawi terkait Mustafa Kemal Ataturk yang ditolak. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU