> >

Kematian Babi di Hutan Tropis Sumatera Disebut akibat Infeksi Demam Babi Afrika

Peristiwa | 1 Oktober 2021, 13:33 WIB
Petugas memeriksa bangkai babi hutan (Sus scrofa) yang mati di kawasan Sembilang, Taman Nasional Berbak Sembilang, Sumatera Selatan, Juni 2021. (Sumber: KOMPAS/DOKUMENTASI BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG)

JAMBI, KOMPAS.TV – Fenomena kematian babi secara misterius di hutan tropis Sumatera masih dalam kajian. Hasil uji laboratorium menunjukkan ada spesimen babi hutan yang positif terinfeksi demam babi Afrika (african swine fever/ASF).

Kepala Balai Taman Nasional Berbak-Sembilang (TNBS) Pratono Puroso mengatakan, kematian serupa pada babi hutan juga terjadi di TNBS, Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.

“Sebelumnya terdata 62 babi mati di wilayah Sembilang. Baru-baru ini didapati lagi babi-babi mati di hutan penyangga TNBS di wilayah Berbak,” terangnya.

Ia mengatakan, terkait temuan banyaknya babi yang mati telah ditindaklanjuti. Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Banyuasin mengambil spesimen daging dari babi yang mati dan membawanya ke Laboratorium Balai Veteriner Lampung.

Dari dua sampel yang diuji, pada spesimen pertama hasilnya positif terinfeksi virus demam babi Afrika. Satu lainnya negatif, kemungkinan karena kondisi organ sudah rusak dan terendam air laut.

Menurut Pratono, taman nasional itu merupakan habitat bagi dua spesies babi hutan, yakni Sus scrofa dan Sus barbatus (babi berjenggot). Temuan kematian sejauh ini didapati pada Sus scrofa.

Belum ada laporan mengenai kematian babi hutan berjenggot. Adapun babi hutan berjenggot kini berada pada status konservasi rentan (vulnerable) menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Baca Juga: Misterius, Babi-babi Hutan di Wilayah Hutan Tropis Sumatera Mati Mendadak dan Beruntun

Seperti diketahui, babi-babi hutan mati secara misterius di wilayah hutan-hutan tropis Sumatera. Bahkan, kematian babi tersebut meluas hingga ke jantung kawasan konservasi.

Kepala Balai Nasional Bukit Duabelas Haidir menyebutkan, temuan babi mati secara misterius terjadi sejak Juni lalu. Salah satunya di Senamo Kecil, wilayah jelajah Orang Rimba pimpinan Tumenggung Nangkus.

”Kematian babi ini telah beruntun dilaporkan petugas dan komunitas Orang Rimba di Bukit Duabelas,” jelasnya, Jumat (1/10/2021).

Haidir juga mengatakan, sebagai upaya preventif, pihaknya mengerahkan petugasnya menyosialisasikan ancaman demam babi Afrika pada komunitas tersebut.

Sejumlah langkah penerapan didorong, antara lain agar warga tidak menyentuh langsung satwa yang terpapar mati. Satwa yang ditemukan mati jangan sampai dikonsumsi, melainkan langsung dikubur atau dibakar.

”Kami juga masih menunggu panduan mengenai penanganannya dari pusat (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” katanya.

Baca Juga: Muncul Penyakit Demam Babi, Pemprov Kalteng akan Tutup Pintu Masuk

 

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Kompas.id


TERBARU