> >

Perkembangan Wilayah Kesultanan Yogyakarta dari Waktu ke Waktu

Wisata | 8 September 2021, 19:34 WIB
Keraton Yogyakarta. Wilayah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berubah dari waktu ke waktu, sejak perjanjian Giyanti hingga setelah kemerdekaan Indonesia. (Sumber: Kurniawan Eka Mulyana)

Wilayah Kesultanan Yogyakarta kembali berubah setelah Perang Jawa pada 1825 hingga 1830.

Saat itu, setelah pemerintah Kolonial Belanda kembali berkuasa pada 1816, Pangeran Diponegoro yang merupakan putra Sri Sultan Hamengku Buwono III, memimpin Perang Jawa.

Saat perang berakhir, melalui perjanjian yang ditandatangani tahun 1831, pemerintah kolonial memaksa Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menyerahkan seluruh wilayah mancanegara.

Wilayah Kadipaten Pakualaman hanya berupa sebagian kecil wilayah di Kota Yogyakarta, dan wilayah Kabupaten Karangkemuning di luar kota.

Kabupaten Karangkemuning terletak di sebelah barat Kota Yogyakarta, yakni di daerah Kulon Progo, yang saat itu menjadikan Brosot sebagai ibu kota.

Kabupaten Karangkemuning memiliki empat distrik, yaitu Galur, Tawangharjo, Tawangsoko dan Tawangkarto.

Selanjutnya, pada masa Republik Indonesia, yakni sejak tahun 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX bersama Sri Paduka Paku Alam VIII menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman bergabung dengan Indonesia.

Wilayah Gabungan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman tersebut kemudian dikenal dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Vyara-Lestari

Sumber : kratonjogja.id


TERBARU