> >

Ledakan Kasus Covid-19 di Bangkalan Diduga Karena Tradisi Lebaran Ketupat dan Pekerja Migran

Update corona | 7 Juni 2021, 09:15 WIB
Pos penyekatan di pintu Jembatan Suramadu sisi Surabaya dijaga ketat pasca terjadi lonjakan kasus Covid-19 dii Pulau Madura, terutama di Kabupaten Bangkalan, Minggu (6/6/2021). (Sumber: KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN)

BANGKALAN, KOMPAS.TV - Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Bangkalan Agus Sugianto Zain menyebutkan, penyebab terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, diduga karena adanya budaya Lebaran Ketupat.

Kata Agus, tradisi itu rutin dilakukan masyarakat Bangkalan, padahal pandemi Covid-19 belum reda.

"Ini diduga karena budaya Lebaran Ketupat yang kemudian dipengaruhi juga oleh banyaknya PMI (pekerja migran Indonesia)," kata Agus dikutip dari Kompas.com, Minggu (6/6/2021).

Kebanyakan pekerja migran atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang pulang ke Jawa Timur, kata Agus, berasal dari Bangkalan.

Jadi, lanjut Agus, indikator tersebut diduga jadi penyebab lonjakan kasus Covid-19 di Bangkalan. "Ada klaster keluarga dan transmisi lokal yang penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Bangkalan," terang Agus.

Baca Juga: Dinkes Bangkalan Tunjuk 8 RS di Surabaya Jadi Tempat Rujukan Pasien Covid-19

Selama sepekan terakhir, kasus Covid-19 di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, melonjak usai libur Lebaran 2021.


Per Minggu (6/6/2021), ada 25 kasus Covid-19 dan terdapat dua meninggal dunia.

Sebelumnya, pada Kamis (3/6/2021), terdapat 7 kasus baru Covid-19, 5 kasus pada Jumat (4/6/2021), dan 4 kasus pada Sabtu (5/6/2021).

"Penambahan kasus hari ini merupakan yang terbesar usai libur Lebaran," kata Agus, Minggu (6/6/2021).

Usai libur Lebaran, kasus Covid-19 tertinggi di Bangkalan terjadi di Kecamatan Arosbaya dan saat ini berstatus zona merah Covid-19. 17 kecamatan lain di Bangkalan, masih terkendali.

"Kecamatan Arosbaya ini memang tinggi masyarakat yang terpapar virus Covid-19 ini, akumulasi pasca-libur Lebaran kemarin karena memang tradisi kumpul keluarga," kata Agus.

"Kemudian dipengaruhi juga oleh PMI yang datang ke kampungnya, kini paling tinggi Bangkalan di Arosbaya," sambungnya.

Imbas dari lonjak kasus Covid-19 itu, dua fasilitas pelayanan kesehatan di Bangkalan, Puskesmas Arosbaya dan Puskesmas Tongguh, ditutup.

Baca Juga: IGD RSUD Bangkalan Tutup Sementara Usai Nakes Tertular Covid-19 dan Dokter Meninggal Dunia

Agus mengaku butuh kerja ekstra untuk merespon lonjakan kasus tersebut.

Khususnya, kata dia, dalam hal memberi kesadaran agar masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang menganggap kebal dengan virus corona hingga abai dengan protokol kesehatan, serta mengabaikan kondisi kesehatan mereka sendiri.

Padahal, di sisi lain, jumlah SDM di Bangkalan juga terbatas. Postur APBD untuk penanganan Covid-19 pun minim.

"Kami keterbatasan tenaga juga, APBD kami beda jauh dengan Surabaya," imbuh Agus.

Saat ini, Pemkab Bangkalan sudah dibantu Pemprov Jawa Timur untuk melakukan swab dan tracing di lapangan.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Jawa Timur Melonjak, IGD RSUD Bangkalan Tutup

Penulis : Hedi Basri Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU