> >

Pandemi Plus Larangan Mudik Membuat PO di Terminal Pulo Gebang 'Gigit Jari'

Sosial | 1 Mei 2021, 21:15 WIB
Kondisi di area keberangkatan Terminal Terpadu Pulo Gebang jelang larangan mudik pada 6-17 Mei 2021 berlaku di Jakarta Timur, Minggu (11/4/2021). (Sumber: TribunJakarta.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak pandemi Covid-19 melanda awal 2020 lalu, jumlah keberangkatan penumpag per hari di Terminal Terpadu Pulo Gebang anjlok menjadi rata-rata 1.000 penumpang.

Padahal, sebelum pandemi Covid-19 keberangkatan penumpang di terminal tersebut pada hari kerja mencapai 2.000-3.000 penumpang.

Sementara pada hari libur, bisa menginjak angka 4.000-5.000.

Penurunan penumpang macam ini tentu membuat perusahaan otobus (PO) merugi, khusunya di Terminal Pulo Gebang.

Baca Juga: Jelang Larangan Mudik, Stasiun Pasar Senen Dipadati Ribuan Penumpang

Sebenarnya, PO di Terminal Terpadu Pulo Gebang, Jakarta Timur berinisiatif menaikkan harga tiket menjelang hari raya Idul Fitri, tapi tidak membuat mereka aman dari ancaman kolaps.

"Kalau begini terus lebih baik stop operasi. Apakah langganan kita harus kita paksa bayar mahal? Tentu tidak mungkin kan. Kalau harga tiket dinaikkan lagi kita bisa kehilangan kepercayaan pelanggan," kata Martahan Hutagaol, pengurus PO Sahabat seperti dilansir dari TribunJakarta.com, Sabtu (1/5/2021).

Kenaikan jumlah penumpang sekitar 50 persen sempat terjadi, sejak tanggal 1 Mei 2021 atau lebih awal dari yang biasanya H-7 Lebaran. Hal itu kemungkinan karena ada larangan mudik.

Tapi, kata Martahan, hal itu tetap tidak bisa menutup kerugian meski sudah menaikkan harga tiket. Khusunya biaya operasional bus antar kota antar provinsi (AKAP).

Baca Juga: Bawa Penumpang di Malam Hari, Petugas Dishub Berhentikan Bus AKAP

Penulis : Hedi Basri Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU