> >

Terbongkar Kekuatan KKB Saat Gerilya Serang TNI-Polri, Ini Strategi Mereka Saat Terjadi Baku Tembak

Peristiwa | 8 Maret 2021, 18:20 WIB
Ilustrasi kelompok kriminal bersenjata atau KKB di Papua (Sumber: Tribunnews.com)

PAPUA, KOMPAS TV - Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, membongkar kekuatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ketika melakukan serangan gerilya terhadap aparat gabungan TNI-Polri.

Menurut Suriastawa, dalam melakukan serangan, KKB yang berada di gunung-gunung Papua, biasanya bergerak dalam kelompok-kelompok kecil, tidak besar seperti yang dibayangkan atau dilihat dari foto yang beredar.

Baca Juga: Lawan TNI-Polri Bukan Lagi Hanya KKB, Ini Musuh Baru yang Dihadapi Terkait Papua

Dari mereka yang bergerak untuk melakukan serangan itu, lanjut Suriastawa, tidak semua personel KKB dilengkapi atau membawa senjata api.

"Jadi, jangan dibayangkan seperti foto mereka di medsos, yang bergerombol puluhan atau ratusan orang dan semuanya bersenjata," kata Suriastawa melalui keterangan resminya pada Senin (8/3/2021).

Suriastawa mengatakan, jumlah personel KKB yang melakukan serangan gerilya biasanya berjumlah 5 sampai 7 orang. Dari jumlah tersebut, paling banyak hanya dua orang yang membawa senjata api.

"Dalam aksi gerilyanya, dari 5-7 orang hanya 1 atau 2 yang bersenjata dan bila terjadi kontak senjata," ucap Suriastawa.

Baca Juga: Kontak Senjata di Intan Jaya, TNI Tembak Mati Seorang Anggota KKB

Ketika kontak senjata terjadi dan ada satu atau dua personel KKB yang terluka atau tewas, maka personel yang selamat langsung menjalankan tugasnya membawa kabur senjata api.

"Orang yang selamat bertugas membawa kabur senjata," ujarnya.

Setelah itu, mereka mendokumentasikan rekannya yang tewas tersebut untuk kemudian diunggah di media sosial. Postingan itu biasanya dibumbui narasi bahwa korban adalah warga sipil.

"Mereka kemudian memposting di medsos mereka bahwa korban adalah warga sipil karena tidak bersenjata," tutur Suriastawa.

Baca Juga: Sosok Danton KKB Ferry Ellas yang Ditembak Mati TNI-Polri, Terlibat Penyanderaan Guru dan Perampasan

Lebih lanjut, Suriastawa mengatakan, KKB meeupakan salah satu sayap gerakan Organisasi Papua Merdeka. Namun, masih ada dua gerakan lagi yakni sayap politik dan kelompok klandestin.

Suriastawa melanjutkan, ketiga sayap gerakan tersebut memanfaatkan media sosial atau medsos untuk saling berkomunikasi.

Biasanya, mereka berkomunikasi untuk merencanakan aksi. Selain itu, juga untuk menyebarkan berita bohong.

Hal itu dilakukan untuk membentuk opini publik, sehingga membuat citra buruk tentang pemerintahan Indonesia, termasuk TNI-Polri terkait persoalan Papua.

Baca Juga: TNI-Polri Baku Tembak dengan KKB Pimpinan Joni Botak Hingga ke Hutan Belantara

"Tiga sayap gerakan ini memanfaatkan medsos untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi dan menyebarkan berita bohong," ucap Suriastawa.

"Membentuk opini buruk memang cara mereka untuk menyudutkan pemerintah Indonesia (termasuk TNI/Polri) terkait masalah Papua melalui berbagai platform medsos."

Suriastawa menambahkan, pihak yang dihadapi TNI-Polri saat ini bukan lagi hanya dari kelompok kriminal bersenjata (KKB). Melainkan juga kelompok klandestin.

Baca Juga: Kronologi TNI Tembak Mati Anggota KKB Papua, Berawal Serang Pos Keamanan Saat Dini Hari

Kelompok tersebut, kata Suriastawa, berada di dalam maupun luar negeri. Selain itu, profesi kelompok ini bisa apa saja.

"Jadi, yang dihadapi bukan hanya Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang ada di gunung-gunung saja," kata Suriastawa.

"Tetapi juga politik (dalam dan luar negeri) dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apapun."

Baca Juga: KKB Sebar Hoax Remaja Anggota KKB Tewas Ditembak Aparat di Mimika, Ini Fakta Sebenarnya

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU