> >

Jenazah Pasien Covid-19 Terlantar 15 Jam, Keluarga Cekcok dengan Petugas Pemakaman

Peristiwa | 11 Januari 2021, 14:56 WIB
Proses pemakaman pasien meninggal Covid-19 di Kabupaten Sikka Minggu (10/1/2021) malam. Jenazah pasien sempat terlantar selama lebih dari 15 jam. (Sumber: Kompas TV/Epang Rote)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sebuah keluarga di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur cekcok dengan petugas pemakaman pada Minggu (10/1) malam.

Keluarga itu kecewa karena anggota keluarganya, yang meninggal karena Covid-19, tak kunjung dimakamkan selama 15 jam.

Pasien Covid-19 tersebut meninggal di ruang isolasi Covid-19 RSUD TC Hillers pada minggu (10/1/2021) pukul 3 dini hari. Namun, petugas baru memakamkan jenazah sekitar pukul 7 malam.

Petugas meletakkan peti jenazah di depan pintu ruang isolasi selama berjam-jam. Tim Kompas TV telah berusaha mewawancarai Satgas Covid-19 setempat. Namun, permintaan wawancara mendapat penolakan.

Menurut pengamatan tim Kompas TV, kejadian itu terjadi karena buruknya koordinasi Satuan Tugas Covid-19 setempat.

“Jam tiga dari tim gugus datang. Berdebat lagi dengan keluarga,” ujar Epang Rote, keluarga pasien kepada Kompas TV.

Keluarga pasien memprotes perlakuan itu karena tidak sesuai prosedur tetap (protap) pemakaman Covid-19. Berdasarkan protap, jenazah pasien Covid-19 mesti dikebumikan tak lebih dari 4 jam setelah meninggal.

“Mungkin sudah ada konspirasi apa kita kurang tau,” kata Epang lagi.

Situasi memanas ketika pemakaman akhirnya berlangsung. Kedatangan aparat kepolisian baru bisa meredakan suasana yang sedang tegang.

Sejak awal Januari 2021 sudah ada 4 warga Sikka yang meninggal karena Covid-19.

Pemkab Sikka berencana memperpanjang pembatasan kegiatan masyarakat dua minggu ke depan. Pemerintah juga terus meminta warga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Namun, kejadian seperti ini dapat menimbulkan kecurigaan di antara warga. Berbagai survei menunjukkan kecurigaan masyarakat terhadap pemerintah dan otoritas kesehatan.

Survei JakPat yang rilis pada 30 September 2020 lalu menyatakan, 31% responden percaya Covid-19 adalah hasil konspirasi global. Lalu, 10% responden percaya corona tak berbahaya.

Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebut, hanya 56% responden percaya keamanan vaksin corona yang disediakan pemerintah.

Survei yang rilis pada Desember 2020 itu menunjukkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin.

Masyarakat juga ramai membicarakan isu rumah sakit meng-covid-kan pasien. Isu itu makin ramai setelah beredar percakapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko pada 1 Oktober 2020.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU