> >

Heboh Anak-Istri Pejabat Pamer Kekayaan, Peneliti: Ada Kultur Kekuasaan yang Memuliakan Uang

Sosial | 23 Maret 2023, 22:36 WIB
Peneliti psikologi sosial cum Direktur Kajian Representasi Sosial Indonesia, Dr. Risa Permanadeli berdialog dalam program Rosi yang ditayangkan Kamis (23/3/2023). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti psikologi sosial cum Direktur Kajian Representasi Sosial Indonesia Dr. Risa Permanadeli menjelaskan analisisnya terkait keluarga pejabat negara yang gemar flexing alias pamer harta kekayaan.

Risa menjelaskan fenomena ini sebetulnya bukan barang baru, tetapi sudah terjadi sejak lama. Namun perkembangan teknologi informasi membuat keluarga pejabat yang gemar memamerkan kekayaan menjadi terendus.

“Kalau sekarang ada media sosial yang bisa men-generate image itu dengan kecepatan yang luar biasa. Kalau dulu bentuk pamernya di arisan, pertemuan dharma wanita,” jelas Risa dalam program Rosi yang ditayangkan Kompas TV, Kamis (23/3/2023).

Baca Juga: Daftar Pejabat Negara Dicopot Buntut Pamer Harta, Terbaru Kepala BPN Jaktim Sudarman Harjasaputra

“Jadi sebetulnya bentuknya sama, tetapi wataknya saja beda karena ada teknologi informasi yang bisa men-generate image itu dengan kekuatan lebih besar.”

Menurut Risa, keluarga pejabat yang kerap memamerkan harta kekayaan sebetulnya hanya segelintir. Mereka yang tidak memamerkan hartanya, kata dia, justru lebih banyak. Tetapi inilah yang lebih berbahaya karena tidak terjangkau oleh pandangan netizen.

Dia memberikan contoh kasus Ferdy Sambo. Ketika rumah Sambo digeledah, terlihat rak-rak berisi tas mewah yang diduga milik istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

“Apakah dia yang pertama yang memiliki? Nggak. Beberapa tahun yang lalu, ada istri Wakapolri,” jelas Risa.

Baca Juga: Sejumlah Pejabat ASN Disebut Doyan Pamer Harta, Ini Bahaya Flexing Menurut Islam

Menurut dia, kegemaran keluarga pejabat memamerkan harta seperti sebuah kebiasaan hingga dapat dikatakan sebagai kultur pamer harta. Kultur ini bersinggungan dengan kekuasaan.

“Jangan-jangan memang ada kultur kekuasaan yang memuliakan kekayaan, harta, atau uang,” ujar dia.

Bicara soal kultur kekuasan tersebut, Risa menyinggung penelitian mengenai representasi sosial kekuasaan yang pernah dilakukan bersama peneliti di berbagai negara.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan jika representasi sosial kekuasaan diwakili oleh satu kata, responden akan menjawab uang.

Responden juga memaknai uang sebagai kata yang lekat dengan tindakan korupsi, hal-hal yang ilegal, hingga kekerasan.

Baca Juga: Penganiaya David Gemar Flexing, Psikolog: Orang Sering Flexing Cenderung Punya Masalah Insecurity

Sementara itu, data yang Risa dapatkan di Indonesia ketika mewawancarai mahasiswa adalah uang dinilai sebagai sesuatu yang wajar melekat pada kekuasaan.

“Di Indonesia, data yang saya peroleh dari mahasiswa, ternyata uang itu memiliki makna positif yang direpresentasikan, uang adalah hal yang wajar melekat pada kekuasaan,” papar Risa.

 

Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU