> >

TNI Petakan Potensi Kejahatan di IKN: Rawan Radikalisme dan Terorisme hingga Penyelundupan Narkoba

Peristiwa | 22 Maret 2023, 05:35 WIB
Desain Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP Ibu Kota Negara Nusantara. (Sumber: ANTARA/HO-Kementerian PUPR.)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tentara Nasional Indonesia atau TNI telah memetakan beberapa potensi ancaman kejahatan terhadap pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.

Adapun potensi ancaman kejahatan yang muncul dari pemetaan tersebut yakni mulai dari radikalisme dan terorisme hingga penyelundupan narkoba dan manusia.

Baca Juga: Arahan Jokowi ke Panglima TNI dan Kapolri soal Program di Papua hingga Penyelamatan Pilot Susi Air

Demikian hal tersebut disampaikan Kepala kelompok staf ahli Pangdam VI Mulawarman Brigjen TNI Ivancius Siagian.

Ivan menyampaikan hal itu dalam webinar dengan tema, IKN dan mitigasi radikalisme terorisme, yang digelar Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia.

"Sudah menjadi tugas pokok TNI untuk mengamankan pembangunan IKN, karena IKN merupakan lambang dan simbol kedaulatan negara," kata Ivan dalam webinar tersebut yang dipantau secara online di Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Sebagai Pangdam Mulawarman, Brigjen Ivancius mempunyai wilayah penugasan di tiga provinsi. Itu antara lain Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

Namun, berdasarkan hasil pemetaannya, wilayah Kaltara merupakan salah satu wilayah rawan akan aksi radikalisme dan terorisme. Hal tersebut seiring dengan hasil survei BNPT.

Baca Juga: Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris Jemaah Islamiyah di Kota Palu

Menurutnya, wilayah Kaltara menjadi lima besar lokasi rawan radikalisme karena merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan memiliki akses besar dari dan ke luar negeri.

"Potensi transnational crime seperti penyeludupan manusia," ujar Ivan.

Ivan menjelaskan, belum lama ini Batalyon Infanteri di perbatasan Kaltara mengagalkan penyelundupan 24 kilogram narkotika jenis sabu-sabu.

Selanjutnya, pemetaan wilayah Kaltim, dimana masuk dalam kelompok terorisme jaringan Filipina Selatan dan Poso Sulawesi Tengah.

Kemajemukan masyarakat di wilayah itu, kata Ivan, kerap dimanfaatkan jaringan terorisme untuk melakukan penipuan atau deception

Baca Juga: 2 Polisi Ditangkap karena Jual Sabu ke Pengedar, Polda Jatim Bantah Anggotanya Bandar Narkoba

Selain itu, Kaltim juga memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan mempunyai akses besar dari dan ke luar negeri.

Kemudian, di wilayah Kalsel, skala masyarakat yang terpapar radikalisme berada di ambang menengah, dengan skala 55,5 poin.

Provinsi dengan tingkat kemajemukan tinggi dan memiliki garis pantai cukup panjang, yang dapat menjadi akses infiltrasi.

Selain itu, Kodam VI Mulawarman juga memetakan "sel tidur" di antaranya Kaltara dengan dua kelompok radikal, satu napi teroris (napiter) dan satu mantan napiter.

Selanjutnya Kaltim dengan 21 kelompok radikal, dua napiter, 15 mantan napiter dan empat simpatisan. Kemudian di Kalsel terdapat 19 kelompok radikal, tujuh napiter, satu mantan napiter dan 11 simpatisan.

Baca Juga: Bareskrim Polri Bongkar Kasus Narkoba Sabu 50 Kilogram, Selesai Diuji Labfor Langsung Dimusnahkan

Dia mengungkapkan kegiatan dari sel tidur itu yakni penguatan sel-sel baru kelompok radikal, dengan penyebaran doktrin radikalisme.

Caranya, memasukkan anak-anak mereka ke pondok pesantren radikal hingga melaksanakan amaliah pada momen-momen tertentu.

 

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU