> >

Mario Dandy Aniaya David hingga Koma, Sosiolog Jelaskan Alasan Anak Muda Lakukan Kekerasan

Sosial | 24 Februari 2023, 19:13 WIB
Ilustrasi. Sosiolog UGM Derajad Sulistyo Widhyharto menanggapi kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (20), anak seorang pejabat Direktorat Jenderal Pajak, terhadap David (17), putra pengurus GP Ansor. (Sumber: pkbijateng.or.id)

SOLO, KOMPAS.TV – Kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satriyo (20), anak seorang pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), terhadap David (17), putra pengurus Gerakan Pemuda (GP) Ansor, tengah menyita perhatian publik. Akibat penganiayaan tersebut, David mengalami koma.

Menanggapi kasus penganiayaan brutal tersebut, dosen sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Derajad Sulistyo Widhyharto, mengungkapkan, bagi kaum muda yang berlatar sosio ekonomi kelas menengah-atas, respons terhadap aspek materialisme, sangat kuat.

Hal itu, kata Derajad, membuat kaum muda kelas ekonomi menengah-atas menjadi unit konsumsi. Alhasil, interaksi mereka terhadap materi sangat kuat.

Dia menjelaskan, kaum muda umumnya ingin terlibat dalam transisi atau perubahan. Hal ini terkait dengan perspektif kaum muda yang salah satunya ingin menjadi bagian dari proses perubahan atau dikenal dengan youth transition.

Baca Juga: 7 Kasus Kekerasan Anak Muda yang Sempat Viral di Media Sosial, Termasuk Pembunuhan Ade Sara

Maka yang muncul pada kaum muda kelas menengah-atas, kata Derajad, cenderung ingin menunjukkan kekuatan materi.

“Mereka berpikir tak sekadar materi tapi juga jejaring. Sehingga yakin ketika lakukan hal negatif dengan mengeroyok itu, mereka yakin bahwa sistem jejaringnya akan bekerja mendukung dia,” jelas Derajad saat dihubungi Kompas TV, Jumat (24/2/2023).

“Dari hal itu kemudian tingkat kepercayaan dirinya menguat dan menghasilkan tindakan arogan, pamer, karena mereka merasa menjadi sosok yang akan mengubah sesuatu,” sambungnya.

Namun, kata Derajad, hal itu tidak terjadi pada anak-anak muda dari kalangan sosio ekonomi bawah. Dengan kata lain, sambungnya, kelompok kaya akan mendapatkan generasi yang mempertahankan status dan harga diri kekayaannya, sedangkan si miskin akan tetap miskin.

“Kesenjangan inilah yang kemudian memperpanjang masalah konflik kekerasan kaum muda,” tuturnya.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU