> >

Litbang Kompas: Kinerja Pemerintah Dapat Citra Positif, Elektabilitas Parpol Pendukung Ikut Naik

Politik | 21 Februari 2023, 08:39 WIB
Bendera partai politik, di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Selasa (17/1/2023). Survei Litbang Kompas periode Januari 2023 menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) masih menjadi yang tertinggi. (Sumber: KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Hal itu terjadi kemungkinan karena Pencapresan Prabowo Subianto oleh Gerindra. Seperti terlihat dari dampak elektabilitas/perolehan suara Gerindra dari pencapresan Prabowo (efek ekor jas/coattail effect) yang relatif tetap.

Kemungkinan itu juga dikuatkan oleh fakta proporsi pemilih Prabowo di Gerindra yang juga sedikit menurun dari 46,0 persen triwulan lalu, menjadi 42,9 persen di Januari 2023.

Publik tampaknya masih menunggu pasangan calon paling ideal untuk Prabowo, yang pada gilirannya akan turut menaikkan elektabilitas Gerindra.

Penurunan elektabilitas juga terjadi pada PAN dan Perindo.mKedua partai itu relatif belum punya narasi politik yang cukup kuat disuarakan, selama triwulan terakhir di tengah ketatnya pergerakan tokoh elite politik saat ini.

Apalagi, sebagian kecil pemilih PAN tampaknya juga terpapar pergeseran parpol akibat pilihan capres Anies Baswedan.

Baca Juga: Izin ke Jokowi Mau Fokus ke Sepak Bola, Menpora: Masa Seperti Ini Harus DIterjemahkan Panjang

Pencapresan Anies ini yang menjadi berkah bagi Nasdem, dengan beralihnya suara pemilih partai lain.

Nasdem mendapat efek ekor jas Anies sehingga mengalami lompatan elektabilitas menjadi 7,3 persen dari 4,3 persen pada survei periodik Kompas Oktober 2022.

Pertambahan elektabilitas sebesar 3 persen ini belum pernah dialami Nasdem sejak survei dilakukan. Elektabilitas Nasdem sebelumnya berfluktuasi landai di kisaran 2-4 persen.

Beralihnya suara pemilih Anies juga berakibat pada turunnya elektabilitas Partai Demokrat dan PKS.

Parpol yang paling terdampak adalah Demokrat yang dalam survei ini merosot 5,3 poin dari perolehan elektabilitas Oktober 2022. Elektabilitas Demokrat kini turun menjadi 8,7 persen dari sebelumnya 14 persen. Proporsi responden pemilih Anies di Demokrat menurun dari 18,9 persen pada Oktober 2022 menjadi 11,3 persen pada Januari 2023.

Artinya, ada selisih 7,6 persen pemilih Demokrat yang juga memilih Anies Baswedan kini hengkang dari memilih Demokrat. Di luar faktor sosok capres, Demokrat tampaknya juga terpapar dampak penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe, yang juga Ketua DPD Demokrat Papua, oleh KPK pada 10 Januari 2023 karena kasus dugaan korupsi.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Kepuasan Publik terhadap Stabilitas Politik dan Keamanan Naik

Selain Demokrat, fenomena tergerusnya elektabilitas partai karena pergeseran pemilih capres juga dialami PKS. Dilihat dari proporsi responden PKS pemilih Anies, terlihat ada penurunan dari 19,9 persen pada Oktober 2022 jadi 17,6 persen pada Januari 2023. Seiring dengan itu, PKS juga mengalami penurunan elektabilitas dari 6,3 persen menjadi 4,8 persen.

Ketua DPP Nasdem Effendy Choirie mengatakan, Demokrat dan PKS bisa saja seperti Nasdem, yakni meraih limpahan suara dari sikap partai yang mendukung Anies.

Namun, ditekankannya, faktor itu bukan satu-satunya kunci pendongkrak elektabilitas partai.

”Masing-masing partai tentu harus bekerja maksimal untuk dirinya. Nasdem, meskipun ada berkah dari Anies, kami terus bekerja keras untuk memaksimalkan," kata Effendy kepada Harian Kompas.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas.id


TERBARU