> >

5 Pengakuan Terkini Bripda Madih, Ngaku "Dipingpong" sampai Mabes Polri dan Hasilnya Nihil

Kriminal | 4 Februari 2023, 11:52 WIB
Bripka Madih saat beraksi atas dugaan penyerobotan tanah mliknya (Sumber: Tangkapan Layar Kompas TV/Dedik Priyanto)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Bripka Madih, anggota Provos Polsek Jatinegara, yang viral lantaran mengaku diperas sesama polisi ketika melaporkan dugaan penyerobotan tanah miliknya ke Polda Metro Jaya. 

Dalam pengakuannya, Brikda Madih mengaku sedih dan kecewa lantaran, sebagai sesama polisi ia harus kena pemerasan dan peristiwa itu diduga terjadi di Polda Metro Jaya. 

Di program Kompas Petang Kompas TV pada Jumat (3/1/2023) kemarin, Bripka Madih menumpahkan kekecewaannya atas perlakukan yang ia terima ketika melaporkan sebuah kasus yang dialami oleh dirinya dan keluarganya tersebut.  

Termasuk juga bagaimana ia berjuang atas tanah yang disebutnya telah diserobot oleh pengembang perumahan di Bekasi, Jawa Barat.

Berikut ini merupakan 5 pengakuan terkini Bripka Madih terkait dugaan kasus polisi peras polisi tersebut. 

5 Pengakuan Bripka Madih

Diperas Polisi level AKP di Polda Metro

Menurut pengakuan Bripka Madih, penyidik polisi, yakni polisi dengan inisial TG yang saat itu punya jabatan dengan level jabatan perwira AKP (Ajun Komisaris Polisi) memeras dirinya. 

Perwira polisi itu memeras dan minta uang pelicin uang sebesar Rp100 juta kepadanya. 

"Ya menolak lah, masa anggota polisi mau dioknumi polisi," tutur Bripka Madih, Jumat (3/1/2023) di Sapa Petang Kompas TV. 

"Dia menjanjikan kalau kita memberikan hadiah 1.000 meter persegi dan Rp100 juta, dia akan memproses (laporan). Jika tidak diberikan, dia mengancam tidak akan diproses," jelas Madih. 

Baca Juga: Bripka Madih bakal Dikonfrontasi dengan AKP TG soal Dugaan Pemerasan Sesama Polisi

Dilarang Bawa Ponsel ke Ruangan Penyidik

Bripka Madih pun mengaku, saat diminta ke ruangan penyidik Polda Metro, ia dilarang membawa ponsel. 

Padahal, ia mengaku malah diminta ke Polda Metro terkait soal berkas laporannya tersebut. 

"Saat saya diminta masuk ke ruangan itu saya enggak boleh bawa HP. Padahal di awal 'Dih bisa gak ke Polda', 'Tujuannya apa?', 'untuk pemeriksaan berkas'," cerita Bripka Madih.

Maka dari itu, ia curiga, sengaja tidak boleh bawa alat komunikasi lantaran terkait dugaan pemerasaan tersebut.

"Mungkin tujuan dia seperti itu, pada saat dia minta kita enggak boleh ngerekam," lanjutnya.

Baca Juga: Diperas Rp100 Juta di Polda Metro, Bripka Madih: Menolak lah, Masa Polisi "Dioknumi" Polisi

Dipingpong sampai Mabes Polri

Selain itu, Bripka Madih juga mengaku, ia membuat laporan 

"Astagfirullah. Ane (saya) melapor ke Propam tapi disuruh koordinasi, ngomong baik-baik ke penyidik, terus ane kecewa," jelasnya. 

Kemudian, ia pun lapor sampapi Mabes Polri tapi tetap saja hasilnya nihil, 

"Lapor ke Mabes, setelah lapor ke Mabes (diberitahu), 'ya bagaimana caranya kamu koordinasi yang terbaik sebagai pihak pelapor'. Saya kecewa," ungkapnya.

Minta jangan Disetop Viral

Dalam pengakuannya, ia minta agar usahanya yang membuat viral video tersebut agar tidak ada yang berusaha menghentikan. 

Selain itu, Bripka Madih juga menyebut, pihak Polda Metro hendak melanjutkan kasus tanahnya usai ramai soal dugaan kasus peras polisi sesama polisi tersebut. 

"Katanya mau diproses, ya mudah-mudahan ada tindakan yang berarti, cuma maksud ane kayak gini, ini kan bicara haknya orang tua, ini kan viralnya ini membuat pihak ini sedikit gerah," jelasnya. 

"Ya mudah-mudahan bisa serius gitu, jangan mengintervensi ini harus distop viralnya, ya gak bisa lah," tutur Bripka Madih, tambahnya. 

Baca Juga: Soal Bripka Madih, Polisi yang Diperas Polisi Disebut Polda Metro sebagai Pelaku KDRT: Punya 2 Istri

Sudah Berjuang 11 Tahun, tapi Dikecewakan

Bripka Madih juga menyebut, perjuangan dirinya soal tanah yang mengaku diserobot oleh pengembang sudah ia lakukan sudah 11 tahun, tapi berakhir dengan kekecewaan. 

"Ini kenapa ane bilang, perjuangan bukan sebentar. Makanya ane perjuangkan pensiun dini itu karena kecewa," jelasnya. 

 

Ia juga bingung dan heran, sampai bertanya-tanya soal seberapa kuat orang di balik mereka yang menyerobot tanah keluarganya tersebut. 

"Ini seberapa kuat sih, seberapa hebat sih. kok kayaknya penegak hukum tidak ada tindakan sih? Di situ juga ada pernyataan dari calo-calo, berani nggak nih penegak hukumnya?" tanyanya. 

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU