> >

Jarang Terdengar, Tiga Tokoh Perempuan Ini Berpengaruh dalam Kongres Sumpah Pemuda

Viral | 28 Oktober 2022, 10:42 WIB
Foto bersama para peserta Kongres Pemuda II di mana ikrar Sumpah Pemuda dikumandangkan pada 28 Oktober 1928. (Sumber: Kompas.id/Andreas Maryoto/Arsip Repro Idayu Foto)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peran perempuan pada Hari Sumpah Pemuda jarang dibicarakan di Indonesia.

Padahal, ada tokoh perempuan yang turut berperan dan berpidato di dalam Kongres Pemuda II (kedua) yang terselenggara pada 27-28 Oktober 1928 silam.

Melansir dari Antara, setidaknya ada tiga tokoh perempuan berpengaruh dalam kongres yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda itu.

Siti Soendari

Siti Soendari merupakan adik bungsu dokter Soetomo. Ia berasal dari kalangan Jawa elite yang berhasil menempuh pendidikan tinggi di Universitas Leiden di Belanda pada tahun 1934. 

Ia menjadi perempuan kedua yang berhasil meraih gelar Meester in de Ritchen (Sarjana Hukum) di universitas tersebut.

Pada Kongres Pemuda II, Siti berpidato mengenai rasa cinta Tanah Air. Beliau menekankan bahwa rasa cinta tanah air harus ditanamkan pada perempuan sejak kecil, tidak hanya pada laki-laki saja. 

Saat itu Mohammad Yamin selaku Sekretaris Kongres Pemuda II menerjemahkan pidato Siti yang diucapkan dalam bahasa Belanda.

Baca Juga: Ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Sejarah hingga Tujuannya

Emma Poeradiredja

Emma Poeradiredja mengenyam pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yakni sekolah menengah pertama pada zaman pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. 

Selama hidupnya, Emma aktif dalam berbagai organisasi yang bergerak di bidang perjuangan kemerdekaan Indonesia dan kesetaraan perempuan. 

Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota DPR/MPR Indonesia. 

Saat Kongres Pemuda II, Emma yang menjabat sebagai Ketua Cabang Bandung Jong Islamieten Bond berpidato mengenai peran para perempuan agar terlihat, tidak hanya dalam pembicaraan pergerakan namun juga dengan perbuatan.

Baca Juga: Tema, Twibbon dan Logo Resmi Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2022

Poernomowoelan

Nona Poernomowoelan merupakan seorang guru dan salah satu perwakilan pemuda-pemudi Taman Siswa. 

Ia menjadi pembicara pertama di mimbar Kongres Pemuda II. Sebagai tokoh yang aktif di bidang pendidikan, ia berpidato mengenai strategi mencerdaskan bangsa yang harus disertai dengan pendidikan yang tertib dan disiplin. 

Selain itu, menurut dia anak harus mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah maupun di rumah.

Kongres pemuda-pemudi itu ditutup dengan lagu berjudul “Indonesia” karya Wage Rudolf Supratman yang kini menjadi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Peserta kongres menyambut meriah lagu tersebut. 

Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Para pemuda dan pemudi yang hadir, megucapkan rumusan itu sebagai Sumpah Setia yang berbunyi:

Pertama, kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tahan Indonesia.

Kedua, kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga, kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU