> >

Sebelum Ada Hari Tanpa Bra, Wanita Bali Zaman Dulu Sudah Telanjang Dada

Gaya hidup | 13 Oktober 2022, 05:39 WIB
Salah satu mahakarya Antonio Blanco dengan judul Bali Dancer. Kini lukisan itu masih tersimpan di Museum Blanco di Ubud, Bali. (Sumber: Blancomuseum)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hari Tanpa Bra atau No Bra Day dirayakan hari ini, Kamis (13/10/2022). Menariknya, sebelum seremonial tersebut ramai diperingati, ternyata perempuan Bali tempo dulu sudah terbiasa bertelanjang dada.

Menurut penjelasan Apri Subagiyo dalam bukunya Mengenal Pakaian Adat Nusantara, masyarakat Bali zaman dulu punya kebiasaan tak memakai baju.

Kendati demikian, seiring berkembangnya zaman, pakaian masyarakat Bali mulai berubah karena menyerap berbagai kultur dari luar daerah.

Sejumlah arsip berupa lukisan, foto, maupun film menunjukkan perempuan Bali zaman dulu bertelanjang dada tanpa mengenakan bra.

Arsip-arsip berupa lukisan asli terkait hal itu masih bisa ditemui di Museum Blanco di Ubud, Bali.  Tempat ini menjadi lokasi bagi Antonio Blanco, seniman berdarah Spanyol-Filipina, menyimpan karya-karyanya yang telah diganjar banyak penghargaan internasional.

"Bali menjadi pusat Blanco. Dia terpesona oleh pulau itu dan benar-benar terpikat oleh pesonanya," demikian keterangan di laman resmi museum.

Lebih lanjut, disebutkan bahwa "Blanco tinggal dan bekerja di rumahnya yang ajaib, di puncak bukit, sampai kematiannya pada 1999. Dengan tergesa-gesa, ia menciptakan potret fantasinya tentang wanita cantik."

Salah satu mahakarya Blanco di antaranya berjudul Ni Bawang (The Cinderela of Bali), dilukis di atas kanvas sekitar tahun 1964. Ada pula Penari Bali dan Perempuan Bali yang masing-masing menempel di atas kanvas.

Semua karya di atas menampilkan lukisan perempuan Bali zaman dahulu tanpa mengenakan BH, alias bertelanjang dada.

Baca Juga: Jangan Salah, No Bra Day Bukan Ajang Pamer Payudara, Tapi Ketahui Faktanya

Terlepas dari itu, ada pula poster terkenal yang ada sejak tahun 1930, bertajuk Bali Like de Beaute, besutan pemerintah kolonial Belanda.

Hal itu dijelaskan oleh Ida Ayu Dwita Krisna Ari dalam risetnya berjudul Kode Perempuan pada Poster "Bali Like de Beaute".

"Poster dengan headline 'Bali like de beaute' ini memiliki makna secara denotasi perempuan telanjang dada yang sedang mandi di pancuran," terang Ida.

"Perempuan ini memperlihatkan payudaranya dengan jelas karena telanjang dada. Pada bagian pusar sampai kaki tertutup oleh selembar kain berwarna coklat," imbuhnya.

Ida juga menegaskan bahwa zaman dulu, berpakaian seperti itu merupakan hal yang wajar di Bali.

"Cara berpakaian perempuan Bali yang seperti ini merupakan cara berpakaian penduduk Bali pada 
tahun 1930-an," tegasnya.

Baca Juga: Polemik ‘No Bra Day’ dan Gerakan Bakar Bra Tahun 60-an

 

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU