> >

Ini Cerita Evi, Anak & Suaminya Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan: Pintu Ditahan, Suruh Tertib

Peristiwa | 4 Oktober 2022, 05:05 WIB
Evi Elmiati kehilangan suami dan anak balitanya seusai menonton pertandingan liga 1 Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022). (Sumber: Tangkapan layar KOMPAS TV)

MALANG, KOMPAS.TV - Evi Elmiati kehilangan jejak suaminya, Rudi Hariyanto, dan anaknya yang masih berusia 3,5 tahun, Muh Vidri Prayoga ketika berusaha keluar dari Stadion Kanjuruhan setelah menonton pertandingan liga 1 Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.

Usai menonton pertandingan, ia diajak pulang oleh suaminya ketika mulai terjadi kerusuhan dan tembakan gas air mata di lapangan Stadion Kanjuruhan.

"Waktu itu kejadiannya, suporter Arema banyak yang turun ke lapangan dan ada tembakan gas air mata," ungkap Evi di Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (3/10/2022).

Di pintu keluar stadion, ia mengaku melihat suaminya terdorong oleh kerumunan orang yang panik menghindari gas air mata.

"Suami saya menggendong anak saya ngajak pulang, mau keluar tapi pintu dari tribun 13 ditahan, keluarnya disuruh tertib, satu-satu," ungkapnya.

"Sedangkan yang di atas (di tribun) yang kena gas air mata itu kan panik, mau turun menyelamatkan diri masing-masing, jadi kedorong-dorong suami saya," imbuhnya.

Sejak terjadi dorongan massa dari arah belakangnya itu, Evi tak lagi melihat suami dan anaknya.

Baca Juga: Cerita Ibu Korban Tragedi Kanjuruhan: Anak Pertama Tak Kenali Wajah Adiknya di Ruang Jenazah

"Pertamanya saya tahu posisinya, waktu didorong-dorong itu saya enggak tahu posisi suami saya itu selamat, sudah keluar, atau jatuh saya sudah enggak tahu," kenangnya.

Evi mengatakan pintu keluar stadion pada saat itu berada di tribun 13, salah satu lokasi penembakan gas air mata.

"Tribun 13 yang terkena gas air mata," jelas perempuan yang menjadi korban selamat dari tragedi Kanjuruhan itu.

Ukuran pintu keluar yang menurut dia hanya muat untuk dua orang itu pun membuat para penonton berdesakan untuk keluar.

"Sangat banyak, berdesak-desakan, banyak yang sudah kayak sekarat enggak kuat gitu," ungkapnya.

Ia pun mengaku merasakan sulit bernapas karena gas air mata dan kerumunan massa yang mencoba keluar.

“Sangat susah (bernapas), karena gas air mata dan berdesak-desakan,” kata Evi.

Baca Juga: Kapolri Lakukan Pendalaman dan Investigasi Tragedi Kanjuruhan, Ungkap Korban Meninggal 125 Orang

Selanjutnya, Evi mengaku diselamatkan oleh seorang perempuan yang menariknya ke atas tribun.

“Seandainya enggak ada yang nolong saya, saya juga sudah meninggal di situ, soalnya ada yang nolong saya cewek, dikira saya itu saudaranya," jelas dia.

Evi akhirnya kembali ke tribun, dan terpisah dari suami dan anaknya.

“Suami dan anak saya sudah enggak tahu, terpisah, soalnya kedorong-dorong suporter dari atas,” ungkap Evi.

Evi juga mengaku melihat dan mendengar tembakan gas air mata.

“Sempat (dengar gas air mata), sempat lihat juga. Pokoknya langsung ditembakkan ke arah tribun,” ujarnya.

Ia mengaku melihat gas air mata itu menyebar ke bagian lain di dalam Stadion Kanjuruhan.

“Waktu itu posisi hujan, jadi udara itu muter di dalam (stadion),” ungkapnya.

Baca Juga: Pasutri Tewas dalam Kericuhan Stadion Kanjuruhan, Anak Trauma Melihat Orang Tuanya Terinjak-Injak

Setelah kejadian kericuhan di Stadion Kanjuruhan itu, Evi mengaku dirawat oleh sudaranya.

"Saya dirawat saudara saya. Saya diminta istirahat dan saudara saya itu pergi cari suami dan anak saya," kata Evi dilansir dari Tribunnews, Senin (3/10/2022).

Berbekal dokumentasi foto wajah sang anak dan sang suami di ponselnya, Evi berhasil menemukan keberadaan sang anak sekitar pukul 01.00 WIB, Minggu (2/10/2022).

Foto tersebut dicocokkan oleh beberapa orang saudaranya yang berusaha membantu mencari keberadaan sang suami dan anaknya. 

Ternyata, buah hatinya itu telah terbujur kaku di dalam kantong jenazah di kamar mayat RSUD Kanjuruhan Malang. 

Satu jam kemudian, jenazah suami Evi ditemukan di kamar jenazah RS Wava.

Dua jenazah tersebut lantas dibawa ke rumah duka menjelang azan subuh.

Evi pun mengaku trauma hingga tak memiliki nafsu makan selama dua hari.

Ia mengatakan, keluarga kecilnya baru dua kali menonton pertandingan sepak bola.

"Baru dua kali ini nonton sepak bola. Kurun setahun. Sebenarnya suami saya enggak terlalu fanatik, hanya saja pengin cari hiburan biar enggak bosen. Yang suka sepak bola, anak saya yang kecil," ujarnya.

Ia pun mempertanyakan penembakan gas air mata ke arah tribun.

"Kenapa yang ricuh di lapangan. Tapi kok yang kena gas air mata yang di tribun juga ikut ditembak? Karena ada anak kecil," ungkapnya.

Evi pun berharap agar tragedi Kanjuruhan diusut oleh pihak berwenang karena telah menelan banyak jiwa.

“Ya minta diusut terus saja kejadian Kanjuruhan itu pak, soalnya kan banyak korban,” pungkas dia.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan, Kapolda Jatim Nonaktifkan 9 Personel Brimob, dari Danyon hingga Danton

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU