> >

Kisah Fatmawati: Menjahit Bendera Merah Putih, Ikut Diculik dan Lantunan Al-Qur'an yang Menggugah

Peristiwa | 16 Agustus 2022, 07:10 WIB
Fatmawati dan Presiden Soekarno. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Fatmawati adalah sosok penting dalam Proklamasi Kemerdekaan. Isteri dan Presiden Seokarno ini lah yang menjahit bendera merah putih yang kemudian dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, Jakarta.  

"Pada waktu itu tidak mudah mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. 

Sebab, barang-barang eks impor, semuanya berada di tangan Jepang, dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik.

Baca Juga: Sayuti Melik, Mengetik Teks Proklamasi di Masa Muda, Main Film "Setan Jalanan" di Hari Tua

Selain menjahit bendera, Fatmawati juga satu-satunya perempuan yang ikut diculik bersama Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat pada 16 Agustus 1945. Kala itu, Fatmawati harus membawa anaknya yang masih kecil, Guntur Soekarnoputra. 

Dalam penculikan itu, terjadi sedikit ketegangan sebab suasana yang tidak menentu sehabis Jepang kalah perang. Sebagian pemuda ada yang meminta menunggu. Namun, sebagian menginginkan kembali ke Jakarta, karena banyak urusan yang harus diselesaikan. 

Fatmawati salah seorang yang ikut protes dan mendesak segera pulang ke Jakarta. "Kalau buat Bung tidak apa-apa, tetapi bagaimana Guntur. Kalau kita masih tinggal sampai besok pagi. Susu sedikit yang diberikan untuk dia tadi dan sekarang sudah habis. Ayo Bung, kita pulang sekarang," kata Fatmawati, seperti dituturkan Bung Hatta dalam buku "Menuju Gerbang Kemerdekaan" (Penerbit KOMPAS, 2011).  

Rupanya, protes Fatmawati diperkuat oleh pemuda lain seperti Soekarni dan Soetarjo. Akhirnya hari itu juga Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati dan sejumlah pemuda kembali ke Jakarta. Mereka tiba di ibu kota ketika hari sudah malam, dan dilanjutkan dengan rapat persiapan kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda.

Esoknya, 17 Agustus 1945 proklamasi dibacakan. 

Setelah kemerdekaan, pada Desember tahun itu juga diadakan perjalanan Bung Karno-Hatta ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka ditemani oleh sejumlah manteri yang belum lama dilantik, seperti Menteri Penerangan Amir Sjarifudin, Menteri Kesehatan Dr Darmasetiawan dan Menteri Pekerjaan Umum Ir Putuhena.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU