> >

Studi Sebut Pandemi Covid-19 Picu Mimpi Buruk, Diduga Berhubungan dengan Hormon Stres

Kesehatan | 29 Juli 2022, 14:56 WIB
Ilustrasi - Pandemi ubah pengalaman bermimpi dan kesehatan mental. (Sumber: PEXELS/ANDREA PIACQUADIO)

Peserta dengan insomnia menggunakan lebih banyak kata negatif secara signifikan untuk menggambarkan perubahan mimpi mereka daripada orang-orang yang tidur nyenyak.

"Secara keseluruhan, penderita insomnia, ketika akhirnya tertidur, memiliki mimpi yang lebih negatif dan menakutkan daripada orang yang tidur nyenyak," jelas Meaklim.

Lalu, mengapa pandemi menyebabkan perubahan dalam aktivitas mimpi?

Dr. Jackson menuturkan, pada saat stres, ternyata normal untuk mengalami peningkatan aktivitas mimpi. Peningkatan dalam mimpi yang jelas dan mimpi buruk telah diamati setelah perang, bencana alam, dan serangan teroris seperti 9/11.

Teori ‘mimpi simulasi ancaman’ menyatakan bahwa selama peristiwa yang membuat stres, mimpi kita mengandung konten dan citra yang mengancam, untuk mempersiapkan kita menghadapi situasi yang mengancam kehidupan nyata.

Peningkatan hormon stres di otak mungkin memainkan peran kunci dalam perubahan aktivitas mimpi ini.

"Otak kita sebenarnya sangat aktif selama tidur gerakan mata cepat, tahap tidur di mana kita mengalami mimpi yang lebih aneh dan jelas."

"Daerah visuospasial otak kita menjadi super aktif, bersama dengan pusat emosi dan memori kita. Ini semua dapat meningkat pada saat stres, dan kita mendapatkan mimpi dan mimpi buruk yang meningkat," terang Meaklim.

Bagi kebanyakan orang, gejala insomnia dan mimpi buruk akan mereda setelah stres dan kecemasan awal pandemi hilang. Tapi, jika orang masih kesulitan tidur, klinik dan bantuan kesehatan lainnya bisa membantu.

"Ada pengobatan berbasis bukti yang baik untuk insomnia dan mimpi buruk, jadi kami mendorong orang untuk mencari bantuan jika mereka masih kesulitan tidur," kata Dr. Jackson.

Penulis : Fransisca Natalia Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU