> >

IPW Pertanyakan Alasan Otopsi Brigadir J, Sebut Bedah Mayat untuk Korban Kejahatan Bukan Pelaku

Peristiwa | 14 Juli 2022, 12:53 WIB
Pemakaman Brigadir J (kiri) di kampung halamannya di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Senin (11/7/2022). Brigadir J tewas ditembak Bharada E di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo, Jumat (8/7/2022). (Sumber: TribunJambi.com Aryo Tondang/Dok. Keluarga)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia Police Watch (IPW) menyoroti sejumlah kejanggalan terkait pengungkapan kasus baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E di rumah dinas Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo.

Diketahui, Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tewas dalam insiden baku termbak tersebut.

Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso mengungkapkan salah satu hal yang disoroti yaitu terkait dengan otopsi terhadap jenazah Brigadir J.

Menurut Sugeng, otopsi terhadap jenazah Brigadir J ini perlu dipertanyakan alasannya.

Baca juga: Ratusan Polisi Disebut Kepung Rumah Orang Tua Brigadir J, Ini Kata Polri

Sebab, dalam konstruksi peristiwa dari kepolisian, Brigjen J merupakan pelaku dugaan tindak pidana pelecehan seksual dan pengancaman dengan senjata.

“Bedah mayat tersebut tujuannya untuk apa? Padahal bedah mayat umumnya dilakukan untuk seorang korban kejahatan bukan pelaku kejahatan,” tutur Sugeng, Kamis (14/7/2022).

Baca juga: IPW Minta Polri Periksa Irjen Ferdy Sambo dan Istri dalam Kasus Tewasnya Brigadir J

Selain soal otopsi jenazah Brigadir J, Sugeng juga mempersoalkan kepolisian yang tidak membatasi tempat kejadian perkara (TKP) itu dengan garis polisi.

Padahal, garis polisi bertujuan mengamankan TKP sehingga tidak berubah. Menurut Sugeng, tindakan ini umum dilakukan pada penanganan kasus tindak pidana.

“(Penggunaan garis polisi) tidak dilakukan di rumah Kadiv Propam. Hal ini memunculkan diskriminasi penanganan perkara pidana,” ujar Sugeng.

Duduk perkara

Seperti diberitakan, Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas Kadiv Propram Irjen Ferdy Sambo pada Jum'at (8/7) lalu.

Baku tembak itu terjadi karena dipicu aksi pelecehan yang diduga dilakukan oleh Brigadir J terhadap istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi di rumahnya.

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, Istri Kadiv Propam berteriak karena Brigadir J memasuki kamar pribadinya. Bukan hanya itu, Brigadir J diduga berusaha melecehkan istri Kadiv Propam dengan todongan senjata.

Akibat teriakan itu, Bharada E yang merupakan ajudan Kadiv Propam mendengar dan bertanya kepada Brigadir J.

“Ibu berteriak minta tolong, akibat teriakan tersebut Brigadir J panik, dan keluar dari kamar, kemudian mendengar teriakan dari Ibu, maka Bharada E yang saat itu berada di lantai atas menghampiri,” kata Ramadhan.

Ramadhan menuturkan posisi Bharada E dengan Brigadir J berjarak 10 meter. Bharada E yang berada di lantai atas, bertanya ada apa ke Brigadir J, namun direspons dengan tembakan.

“Akibat tembakan tersebut, terjadilah saling tembak dan berakibat Brigadir J meninggal dunia,” ujar Ramadhan.

Ditemukan 7 luka tembah di tubuh Brigadir J

Berdasarkan hasil otopsi yang dilakukan pihak kepolisian, ditemukan ada 7 luka tembak di tubuh Brigadir J.

"Dari hasil otopsi, ada 7 luka tembakan. Tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar. Satu bersarang di dada (Brigadir J)," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto,  Selasa (12/7/2022).

Dia menjelaskan, saat baku terjadi, Brigadir J melakukan tembakan sebanyak tujuh kali kepada Bharada E. Sebaliknya, Bharada E melakukan 5 kali tembakan kepada Brigadir J.

Baca juga: Ini Senjata yang Dipakai Brigadir J dan Bharada E saat Baku Tembak di Rumah Kadiv Propam Polri

Kemudian, 2 dari 5 tembakan yang dilepaskan Bharada E tersebut mengenai dua bagian tubuh Brigadir J, sehingga terdapat 7 luka tembakan.

"Satu peluru ada dua luka tembak. Jadi (Brigadir J) menggenggam senjatanya dengan dua tangan kemudian peluru yang ditembakan oleh saudara Bharada E mengenai kelingking dan tembus sampai ke badan," katanya.

"Kemudian, (tembakan) yang mengenai lengan sebelah dalam juga tembus ke tubuhnya jadi itu dihitung dua. Jadi ada tujuh luka tembak.  Enam luka tembak keluar karena satu bersarang di tubuh (Brigadir J)," jelas Budhi.

Penulis : Baitur Rohman Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU