> >

AIMAN- Ganja, Obat atau Merusak?

Aiman | 4 Juli 2022, 08:00 WIB
Santi Warastuti, bersama suami dan anak perempuannya, Pika, yang menderita lumpuh otak atau Cerebral Palsy di Car Free Day (CFD) Bundaran HI, Jakarta, menyuarakan legalisasi ganja medis. (Sumber: Twitter @andienaisyah)

Dalam ganja memang terdapat dua bagian utama, Tetrahydrocannabinol (THC) dan Cannabidiol (CBD).

THC jika dikonsumsi memiliki efek psikoaktif. Ini bisa berakibat "high" alias rasa senang berlebihan hingga cemas.  

Sementara CBD, memiliki efek medis pada sejumlah penyakit termasuk mengurangi risiko kejang pada penderita epilepsi maupun cerebral palsy.

Sekjen Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI), dokter Erfen Agustiawan Suwangto, membenarkan ada efek medis pada CBD. Sehingga CBD inilah yang sering disebut dengan ganja medis. Sementara efek "high" pada THC dibuang.

"Memang ada bukti medis penggunaan ganja medis (CBD) yang bisa mengurangi efek buruk dari sejumlah penyakit tertentu termasuk Cerebral Palsy dan kejang lainnya," kata Dokter Erfen di program AIMAN yang tayang pada Senin (4/7/2022)  di KOMPAS TV pukul 20.30 WIB. 

Saya sempat juga berbincang dengan Koordinator Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Ahwil Luthan. Menurutnya, seberapa pun baiknya CBD, unsur THC masih ada di kandungan CBD. Inilah yang dikhawatirkan, bisa disalahgunakan pihak-pihak tidak bertanggung jawab.

"Dalam CBD masih ada terkandung THC," ungkapnya kepada saya di Program AIMAN. 

Kepala BNN Komjen Pol Petrus Reinhard Golose yang kebetulan saya temui di Lapangan Tembak Perbakin, (Minggu, 2 Juli 2022), pun juga mengungkapkan hal yang sama.

Seperti dua mata pisau yang teramat tajam!

Ada risiko bahwa generasi ke depan yang berpotensi menyalahgunakan akan lebih besar biayanya. Sementara para penderita penyakit tertentu dan langka, juga membutuhkannya.

Ada satu solusi sesungguhnya. Benarkah hanya ganja satu-satunya yang bisa digunakan yang terbaik untuk sejumlah penyakit ini?

Jika jawabannya tidak, maka kontroversi ini tak perlu dilanjutkan. Tutup buku soal ganja.

Tetapi jika jawabannya, iya, ganja satu-satunya yang terbaik berdasarkan penelitian ahli, maka perlu dipikirkan jalan keluar dari semua jalan kuldesak ini.

Bagaimanapun potensi penyembuhan terlebih penyakit langka, agar mereka bisa bertahan dan hidup berkembang merupakan tujuan utama.

Tetapi menjaga agar generasi tak diracuni oleh para pengedar dan penyalahguna, adalah segalanya.

Pasti ada jalan keluar, untuk menjaga keduanya!

Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU