> >

Tekan Harga BBM Murah, Jokowi Sebut Subsidi dari APBN yang Ditanggung Pemerintah Makin Besar

Update | 24 Mei 2022, 20:14 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut pemerintah terus menekan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, sehingga jauh lebih murah daripada harga di negara-negara lain. (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pemerintah terus menekan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, sehingga jauh lebih murah daripada harga di negara-negara lain.

Hal itu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (24/5/2022).

Menurutnya, hingga kini pemerintah masih berupaya keras menahan supaya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite tidak naik dari angka Rp 7.650 per liter.

"Di Singapura sekarang harga BBM sudah 32.000, Jerman sudah diangka 31.000, Thailand 20.000, kita ini Pertalite masih 7.650, sekali lagi Rp 7.650. Pertamax 12.500. Yang lain (harganya) sudah jauh sekali," kata Jokowi dalam tayangan di YouTube Sekretariat Presiden.

Meski demikian, kata Jokowi, upaya ini tidak mudah. Sebab, di saat bersamaan subsidi energi dari APBN yang harus ditanggung pemerintah jumlahnya juga semakin besar.

Baca Juga: Jokowi Sebut Pemerintah Terus Tahan Agar Harga Pertalite Tidak Naik, Ini Alasannya

"Kapan kita bisa menahan, sampai kapan kita bisa menahan ini, ini pekerjaan kita bersama-sama.”

“Sehingga saya minta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sekali lagi memiliki sense yang sama. Berat, menahan harga seperti itu berat," tuturnya.

Dia menambahkan, pemerintah juga menahan kenaikan harga di sektor energi, termasuk gas dan listrik, serta harga bahan pangan.

Beras misalnya, di Indonesia harganya masih Rp10.700 per kilogram.

Ia mengklaim angka tersebut jauh lebih murah dibandingkan negara-negara lain yang sudah naik 30-40 persen, bahkan melewati angka 60 persen.

Kenaikan harga barang-barang tersebut, lanjut dia, menyebabkan angka inflasi melonjak. Bahkan, di Amerika Serikat kenaikan inflasinya mencapai 8,3 persen, padahal sebelumnya tak pernah lebih dari satu persen.

Sementara, lonjakan inflasi di Turki mencapai hampir 70 persen.

Berkaca dari beberapa negara, Jokowi bersyukur inflasi di Indonesia masih di angka 3,5 persen.

"Tetapi karena kita menahan Pertalite, menahan gas, menahan listrik, begitu itu kita ikutkan ke harga perekonomian ya pasti inflasi kita akan mengikuti, naik," ucap Jokowi.

Menurutnya, dalam beberapa waktu belakangan, semua negara mengalami situasi sulit. Sedianya, saat pandemi virus Corona usai, setiap negara merencanakan pemulihan ekonomi.

Baca Juga: GM Pertamina Jateng: Ada Aturan dalam Distribusi BBM Bersubsidi dan Ini Menyalahi

Namun, ketidakpastian global terus menerus terjadi. Ditambah lagi dengan perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.

Oleh sebab itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berharap para menteri, kepala lembaga, jajaran kepala daerah, hingga pimpinan BUMN memiliki kepekaan atau sense of crisis atas keadaan ini.

Ia juga mewanti-wanti jajarannya agar memanfaatkan anggaran secara tepat.

"APBN kita, APBD kita, anggaran yang ada di BUMN, betul-betul harus kita pegang erat agar pemanfaatannya bisa betul-betul fokus ke titik yang kita tuju. Karena uangnya gede banget, besar sekali," urai pria yang pernah menjadi Walikota Solo itu.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas.com


TERBARU