> >

Pengamat Politik Menilai Koalisi Golkar-PAN-PPP Menarik, Tapi...

Politik | 15 Mei 2022, 13:32 WIB
Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin saat merespons soal hadirnya koalisi Indonesia Bersatu (Sumber: Tangkapan Layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV — Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai menarik terhadap gagasan koalisi Golkar-PAN-PPP karena dianggap gabungan antara nilai nasionalis, dan islamis.

Menurut Ujang, penggabungan dua nilai itu bisa menghilangkan polarisasi di masyarakat dan mampu mengikis perpecahan.

"Koalisi ini menarik karena menggabungkan antara nasionalis dan islamis, yakni partai nasional dan islam. Saya tidak heran kalau kemudian ingin menghilangkan polarisasi," kata Ujang Komarudin dalam program dialog Sapa Indonesia Akhir Pekan KOMPASTV, Minggu (15/5/2022).

Hal tersebut sebagaimana sejalan dengan budaya politik dan kesepakatan yang diusung oleh koalisi Indonesia Bersatu.

Diketahui, Koalisi Golkar-PAN-PPP akan mengusung budaya politik baru untuk membangun pertarungan Pilpres dengan mengedepankan gagasan, ide, dan konsep, bukan politik identitas seperti pada Pilpres sebelumnya.

Untuk diketahui, Partai Golkar merupakan satu dari partai politik Indonesia yang menggunakan asas Pancasila. Sedangkan, Partai Amanat Nasional menggunakan asas Akhlak Politik Berlandaskan Agama yang Membawa Rahmat bagi Sekalian Alam.  Adapun Partai Persatuan Pembangunan menggunakan dasar Pancasila dan berasas Islam. 

Baca Juga: Cegah Pilpres 2024 Memanas, Koalisi Golkar-PAN-PPP Janji Bangun Budaya Politik Baru

Pentingnya psikologi kemenangan

Kendati demikian, lebih lanjut ia menyarankan kepada koalisi Indonesia Bersatu ini untuk betul-betul memperhatikan psikologi kemenangan terutama dalam memilih capres dan cawapres yang akan diusung.

Menurutnya, tanpa memperhitungkan psikologi kemenangan, koalisi sewaktu-waktu dapat ditinggal oleh parpol, rakyat, dan juga relawan.

Hal itu penting menjadi perhatian, terlebih Ujang menilai bahwa koalisi Indonesia Bersatu masih bersifat sementara dan terlalu dini untuk dideklarasikan.

Penulis : Nurul Fitriana Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU