> >

39,5 Persen Bayi Kerdil Berasal dari Orang Tua Perokok

Sosial | 20 Januari 2022, 18:29 WIB
Ilustrasi merokok (Sumber: SHUTTERSTOCK)

“Itu akan mengganggu perkembangan fungsi dari otak bagian depan, yang merupakan fungsi eksekutif untuk berfikir emosi. Jadi nanti bila anak kita terkena asap rokok atau merokok, itu membuat generasinya bukan generasi emas, tapi jadi generasi tidak potensial,” katanya sepertyi dikutip Antara.

Ia mengatakan rokok juga menyebabkan kondisi "brain damage" di mana syaraf anak untuk berkembang menjadi terhambat dan pertumbuhan janin menjadi terganggu.

Baca Juga: Darurat Rokok, Jumlah Perokok Anak di Indonesia Terus Meningkat

Sementara selain mempengaruhi stunting, kondisi perokok anak juga mengalami kenaikan yang signifikan bila melihat data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Disebutkan bila angka prevalensi perokok pada anak naik menjadi 9,1 persen dari 7,2 persen pada tahun 2013.

Kenaikan itu, disebabkan oleh harga cukai tembakau (CT) yang masih tergolong murah dan rokok yang dapat dijual per batang. Sehingga masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja yang masih bersekolah mudah mengaksesnya.

Menyadari bahwa rokok dapat memengaruhi bangsa mendapatkan generasi emas di masa depan, Komnas PT meminta pemerintah untuk lebih serius dalam melakukan pengendalian konsumsi rokok secara tegas dan berkelanjutan.

“Saya kira, perlu melakukan pengendalian konsumsi rokok secara tegas dan berkelanjutan. Mari lindungi generasi emas, bukan menciptakan generasi cemas dengan rokok,” demikian Rita Damayanti.

 

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU