> >

Sejumlah Alasan Perempuan di Indonesia Rentan Kena Politisasi Agama

Peristiwa | 19 Januari 2022, 09:54 WIB
Kalis Mardiasih, aktivis perempuan dan penulis bicara soal perempuan yang dinilai rentan politisasi agama (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Penulis dan Aktivis perempuan, Kalis Mardiasih memaparkan soal isu kesetaraan gender dan toleransi di Indonesia begitu berpengaruh pada perempuan.

Ia bahkan secara terang-terangan menyebut, posisi perempuan saat ini di Indonesia begitu rentan, khususnya terkait dengan politisasi agama dan tafsir keagamaan yang bias kepentingan, termasuk urusan gender.

Kalis lantas menerangkan masalah gender di isu perempuan  bertalian dengan masalah-masalah struktural seperti kemiskinan, pendidikan, budaya, dan niat politik.

Muslimah yang aktif di Jaringan GUSDURian itu juga menerangkan soal gagasan gender terkait keagamaan dalam lanskap global memang banyak muncul dari intelektual muslim yang ada dari tanah air.

“Gagasan-gagasan kesetaraan gender berwawasan Islam memang banyak dipromosikan oleh ulama dan intelektual muslim Indonesia. Hal ini boleh jadi menempatkan Indonesia pada posisi unggul dibanding negara Timur Tengah perihal studi gender berwawasan Islam,” paparKalis Mardiasih dalam obrolan digelar International NGO forum on Indonesian Development (INFID) di Instagram sebagaimana dilihat KOMPAS TV pada Selasa (18/1).

Kata Kalis, meskipun tampak unggul namun tidak dapat disangkal pula, masih ada kasus kekerasan terhadap perempuan, diskriminasi struktural, ketidak-berdayaan perempuan yang terjadi di Indonesia.

“Angka pernikahan dini di Indonesia juga termasuk tinggi di Asia Tenggara,” kata Kalis.

Bukan hanya sekadar angkat pernikahan dini saja, lanjut Kalis, berhubungan juga soal naiknya konservatisme Islam yang dianggapnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

“Sejak naiknya gelombang konservatisme dalam satu dekade terakhir di Indonesia, upaya progresif untuk menyajikan narasi agama Islam yang inklusif bagi identitas apapun dapat persaingan kompetitif dari sebagian kalangan yang eksklusif,” tambahnya.  

Penerima award dari SEJUK (Serikat Jurnalisme untuk Keberagaman) kategori influencer itu lantas menjelaskan soal efek meningkatnya konservatisme.

“Umat non-muslim dan perempuan di Indonesia berada pada posisi rentan politisasi agama dan tafsir keagamaan yang bias kepentingan,” tambahnya.

Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Sebut Roda Ekonomi Dunia Bisa Naik 26 Persen bila Capai Kesetaraan Gender

Budaya Patriarki, Salah Satu Faktor Perempuan Indonesia Jadi Rentan 

Penulis buku Muslimah yang Diperdebatkan itu lantas menjelaskan soal Budaya patriarki juga memiliki andil pada praktik tersebut.

“Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mulai dari diri sendiri dan pasangan untuk membangun hubungan egaliter, agar budaya subordinasi terhadap perempuan tidak terwaris ke generasi berikutnya.  

Masalah toleransi budaya ataupun agama, dan isu kesetaraan gender umumnya dilatarbelakangi oleh pemaknaan teks agama secara permukaan.

“isu-isu kewargaan dan identitas dalam teks suci agama Islam perlu dihayati secara utuh dan mendalam agar terhindar dari kesimpulan-kesimpulan yang mengkotak-kotak dan subordinatif. Diskriminasi sering kita lakukan secara tidak sadar,” tutup dia.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU