> >

Kenapa Gempa Sering Terjadi di Indonesia?

Peristiwa | 15 Januari 2022, 06:10 WIB
Ilustrasi persebaran titik-titik gempa bumi di Indonesia. (Sumber: TribunJogja.com/Ist)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gempa kembali mengguncang Indonesia pada Jumat (14/1/2022).

Gempa yang mengguncang Indonesia hari ini berkekuatan M 6,6 (sebelumnya BMKG merilis 6,7 yang kemudian direvisi).

BMKG menambahkan, gempa yang terjadi pada pukul 16.05 WIB di dekat Banten ini berada di koordinat 7,01 Lintang Selatan dan 105,26 Bujur Timur dalam kedalaman 40 km.

Lebih lanjut BMKG menyampaikan, gempa yang juga terasa hingga daerah DKI Jakarta itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Hingga pukul 17.00 WIB, BMKG mengatakan bahwa sudah ada lima gempa susulan terjadi dengan magnitudo sebesar 5,7 dan terkecil 3,5.

Gempa besar memang sering terjadi di Indonesia di mana sempat menjadi bencana besar pada 2004 di Aceh dan 2009 di Padang.

Baca Juga: Gempa M 6,6 Bikin Kegiatan Kemendagri di Pandeglang Berantakan, 150 Orang yang Ikut Acara Bubar

Lantas kenapa gempa sering terjadi di Indonesia?

Dilansir dari BBC, para ahli mengatakan, apabila dilihat secara geologi, baik dari lempengan dan patahan yang ada, gempa memang sudah pasti akan terjadi di Indonesia.

"Wilayah Indonesia itu sangat berpotensi terjadi gempa bumi karena posisinya yang berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia, yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik," kata Dr Daryono, kepala bidang informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 2018 silam.

"Dari tumbukan ini terimplikasi adanya sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat," lanjutnya.

"Wilayah Indonesia juga sangat kaya dengan sebaran patahan aktif atau sesar aktif."

"Ada lebih dari 200 yang sudah terpetakan dengan baik dan masih banyak yang belum terpetakan sehingga tidak heran jika wilayah Indonesia itu dalam sehari itu lebih dari 10 gempa yang terjadi," Daryono menambahkan.

Beberapa patahan aktif yang ada di Indonesia di antaranya, patahan besar Sumatra yang membelah Aceh sampai Lampung, sesar aktif di Jawa, Lembang, Jogjakarta, di utara Bali, Lombok, NTB, NTT, Sumbawa, di Sulawesi, Sorong, Memberamo, Kalimantan.

Posisi Indonesia juga dikenal berada di wilayah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yaitu daerah 'tapal kuda' sepanjang 40.000 km yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. 

Baca Juga: BMKG Laporkan 5 Kali Gempa Susulan di Banten, Terbesar Magnitudo 5,7

Berdasarkan catatan, ada sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini.

"Mungkin kalau kita melihat ke dunia, itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," kata Danny Hilman Natawidjaja, peneliti utama bagian geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"Jepang, misalnya merah juga, Filipina saya pikir merah juga. California itu merah juga, karena di situ ada zona San Andreas Fault yang besar dan bergerak sangat cepat," paparnya.

Danny menjelaskan, perbandingan Indonesia dengan bagian lain dunia diklasifikasikan dengan menggunakan global seismic hazard atau bahaya seismik global.

"Zonasi seismic hazard itu sudah, yang dia representasikan adalah potensi guncangan gempanya, yang direpresentasikan dengan nilai percepatan gravitasi, G, makin tinggi yah makin banyak guncangannya."

"Nilai G lebih dari 5 menjadi merah. Nilai 3 dengan 5, kuning. Yang ada di bawahnya hijau biru dan sebagainya."

"Itu kelihatan bahwa Indonesia itu sangat merah dibandingkan dengan yang lain," pungkas Danny.

Baca Juga: BMKG: Gempa di Selatan Banten Akibat Aktivitas Subduksi Lempeng Indo-Australia Eurasia

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : BBC


TERBARU