> >

Pakar Geologi Sarankan Pasang Alat Sensor di Semeru agar Peringatan Dini Efektif

Peristiwa | 10 Desember 2021, 21:50 WIB
Gunung Semeru, memuntahkan material vulkanik saat terjadi erupsi, dilihat dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Senin (6/12/2021). Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) disarankan memasang alat sensor longsoran kubah lava untuk memantau aktivitas Gunung Semeru. (Sumber: AP Photo/Trisnadi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Amien Widodo menyarankan agar Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memasang alat sensor longsoran kubah lava untuk memantau aktivitas Gunung Semeru.

Selain itu, penyebaran informasi soal kerawanan Gunung Semeru juga harus lebih beragam, misalnya lewat media sosial sehingga masyarakat waspada dan mengetahui tindakan yang tepat untuk menyelamatkan diri.

Hal ini dikatakan Amien Widodo saat menjadi narasumber pada program Breaking News Kompas TV, Jumat (10/12/2021).

Menurut Amien, dari besarnya jumlah korban jiwa akibat guguran awan panas Semeru, maka tampak masyarakat masih belum tahu tindakan apa yang diperlukan ketika aktivitas Semeru menimbulkan ancaman.

“Kalau kita melihat hasilnya, banyak korban dan masyarakat pada waktu diwawancarai, mereka hanya melihat ada awan hitam menerjang mereka. Berarti mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan,” ujar Amien.

Baca Juga: Korban Erupsi Gunung Sinabung Tagih Janji Pemerintah

Agar peringatan dini lebih efektif, Amien mengusulkan adanya alat sensor baru untuk mendeteksi longsoran kubah lava yang menimbulkan guguran awan panas. Sebab, kubah lava yang menumpuk selama ini di Semeru dapat longsor karena intensitas hujan, menyebabkan keluarnya material-material seperti guguran awan panas.

“Runtuhnya kan, ada awan guguran, bersamaan dengan hujan, ada material yang numpuk yang selama ini numpuk bareng. Akhirnya longsor bersamaan dengan itu,” paparnya.

Dia melihat peralatan peringatan dini di Semeru saat ini perlu ditambah, karena tidak memadai. Misalnya, peralatan CCTV tidak bisa secara cepat mendeteksi aktivitas Semeru bila  terjadi dalam kondisi gelap. Demikian juga seismograf.  

“Karena pada waktu itu gelap, kan alat-alat itu gak bisa melihat. Satu-satunya cara, yah harus ditambah,” urainya.

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU