> >

Surono: Awan Panas Itu Kecepatannya Ratusan Kilometer per Jam, Mau Lari ke Mana?!

Peristiwa | 8 Desember 2021, 01:19 WIB
Pakar gunung api Surono memperingatkan, guguran awan panas akibat guguran kubah lava Gunung Semeru pasti akan terjadi lagi di masa yang akan datang. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ahli vulkanologi Surono menyatakan, awan panas akibat guguran kubah lava Gunung Semeru pasti akan terjadi lagi di masa yang akan datang.

Arah awan panas akibat guguran kubah lava Semeru tersebut, kata Surono, sudah diperkirakan, yaitu ke arah Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

“Dari dulu itu memang kawasan rawan bencana. Apakah akan kena lagi? Sudah pasti akan kena. Hanya waktunya saja (yang tidak bisa dipastikan),” kata Surono pada Kompas TV, Selasa (12/7/2021).

Surono menjelaskan, guguran awan panas yang terjadi di Semeru saat ini, bukanlah peristiwa erupsi. Menurutnya, lebih tepat menyebut fenomena di Semeru sebagai guguran kubah lava yang menyebabkan guguran awan panas.

Baca Juga: Update Korban Erupsi Gunung Semeru: 34 Meninggal, 22 Masih Belum Ditemukan

Erupsi memang terjadi terus-menerus di Semeru, tetapi tidak membahayakan. Sebab, material yang dilepaskan kembali ke gunung dan membentuk Semeru sehingga menjadi besar.

Tapi, erupsi juga membentuk kubah lava yang dalam waktu lama, bakal tidak stabil. Ketika ada hujan lebat, maka terjadi guguran kubah lava, sehingga material panas di dalamnya keluar berupa gas panas dan menjadi guguran awan panas.  

“Kubah lama-lama tidak stabil dipicu hujan itu. Seperti pelumas, akhirnya dia bergerak longsor. Longsor pecah, gas yang di dalam keluar, bergulung-gulung jadi awan panas,” terang lelaki kelahiran Cilacap 66 tahun lalu itu.

Baca Juga: Trauma Erupsi Semeru, Warga Tidak Berani Pulang ke Rumah

Guguran awan panas tersebut, kata mantan kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ini, berbeda dengan guguran awan panas yang disebabkan oleh letusan.

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU